Bedah Buku Manajemen Strategis Model Roket ST di Gedung Pusat Alkitab
Pelayanan dalam gereja dan organisasi Kristen bukan hanya soal kegiatan rohani, tapi juga tentang bagaimana organisasi dijalankan dengan baik, jujur, dan bertanggung jawab. Untuk itu, dibutuhkan pemimpin yang punya visi jelas dan bisa membawa organisasi menuju tujuan jangka panjang yang berdampak bagi banyak orang.
Hal inilah yang disampaikan Pdt. Dr. Henriette T. Hutabarat Lebang, Ketua Umum Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), saat menjadi penanggap dalam peluncuran dan bedah buku karya Dr. Sigit Triyono, Sekretaris Umum LAI, yang berjudul “Manajemen Strategis Model Roket ST untuk Organisasi Nirlaba.”
Menurut Henriette, yang akrab disapa Pdt. Erry, kepemimpinan dalam organisasi Kristen tidak hanya soal kemampuan manajerial, tapi juga tentang pertanggungjawaban spiritual di hadapan Tuhan. Buku karya Sigit, katanya, lahir dari pengalaman nyata selama bertahun-tahun menjalani pelayanan di LAI. Ia menekankan pentingnya strategi yang menyatukan visi dan misi organisasi ke dalam program kerja yang konsisten dan terukur.
Seringkali, organisasi sudah memiliki visi dan misi yang baik, namun berhenti hanya sebagai slogan. Visi tersebut tidak ditindaklanjuti dengan langkah nyata dan strategi yang menyeluruh. Henriette pun mengingatkan bahwa pelayanan gereja dan organisasi nirlaba harus dikelola secara holistik dan tidak boleh mengabaikan aspek manajemen.
Pdt. Erry tak lupa mengutip pengajaran dari Matius 25 tentang talenta, yang menekankan bahwa Tuhan telah memberikan kemampuan kepada setiap orang untuk dikembangkan demi kebaikan bersama. Karena itu, pemimpin yang berhikmat dan takut akan Tuhan sangat dibutuhkan dalam menjalankan organisasi.
Sementara itu, Adri Lazuardi, Ketua Yayasan BPK Penabur yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut, menyoroti kenyataan bahwa banyak organisasi nirlaba yang akhirnya tidak mampu bertahan. Penyebabnya, kata Adri, adalah karena tidak ada pemimpin yang punya pandangan jangka panjang dan tidak ada sistem yang menjaga keberlanjutan pelayanan.
Sebagai pimpinan yayasan nirlaba, Adri tidak setuju dengan pandangan bahwa organisasi nirlaba tidak boleh mencari keuntungan. Menurutnya, bukan hal yang salah jika sebuah yayasan mendapat keuntungan. Karena organisasi nirlaba harus terus hidup dan menjalankan visi serta pelayanannya secara berkesinambungan. Yang penting adalah bagaimana keuntungan tersebut digunakan kembali untuk melayani masyarakat dengan lebih baik.
Dr. Sigit Triyono selaku penulis buku menjelaskan bahwa banyak organisasi nirlaba yang berhasil bertahan hingga ratusan tahun karena dipimpin oleh orang-orang yang berkomitmen dan visioner. Ia mencontohkan RS St. Carolus dan RS PGI Cikini, serta sekolah-sekolah Kristen terkenal seperti SMA De Brito dan Kanisius, semuanya telah berusia lebih dari 100 tahun dan sampai hari ini tetap eksis.
Dalam bukunya, Sigit memperkenalkan pendekatan “Model Roket ST”. Nama ini dipilih karena skemanya menyerupai roket—menandakan gerakan ke atas dan maju, serta berisi berbagai unsur manajemen strategis yang lengkap. ST juga singkatan dari “Sinar Terang”, sebagai simbol bahwa semua strategi dan pelayanan harus bersumber dari terang Tuhan.
Model ini dikembangkan dari pengalaman langsung di lapangan dan dikaji berdasarkan teori dan praktik yang telah dijalani penulis buku dalam kapasistasnya sebagai pimpinan organisasi profit maupun dalam memimpin dan mendampingi berbagai organisasi nirlaba. Pendekatan ini sudah digunakan di berbagai lembaga gereja dan yayasan, seperti GKPS, GBKP, HKBP, GMI, serta lembaga pendidikan dan pelayanan sosial lainnya. Bahkan juga sudah dipakai di dunia bisnis untuk merancang rencana strategis di industri retail dan jasa konsultan.
Melalui buku ini, Sigit berharap pemimpin organisasi, baik gereja maupun lembaga sosial dan bisnis, bisa terinspirasi untuk memimpin dengan visi dan strategi yang jelas, agar pelayanan yang dilakukan dapat terus berkembang dan berdampak luas.
