Memberitakan Injil Kepada Orang Mati? (1Petrus 3:19; 4:6) | Hortensius F. Mandaru, SSL.

Berita | 24 Jul 2025

Memberitakan Injil Kepada Orang Mati? (1Petrus 3:19; 4:6) | Hortensius F. Mandaru, SSL.


Topik “Memberitakan Injil kepada orang mati” telah lama menjadi bahan diskusi dan perdebatan di kalangan teolog dan pembaca Alkitab. Isunya bukan hanya eksotik dan penuh misteri, tetapi juga melibatkan pembacaan atas teks-teks yang tergolong sulit, khususnya 1 Petrus 3:19 dan 4:6. Dalam Bincang Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Bp. Hortensius F. Mandaru, SSL, Pembina Penerjemahan LAI, menyatakan bahwa tema ini tidak hanya menyimpan berbagai kemungkinan tafsir, tetapi juga memuat beragam muatan teologis yang mencerminkan konteks historis, eksegetis, dan komunitarian dari pembaca dan penafsirnya.

 

Dua teks utama yang menjadi perhatian adalah:

 

1 Petrus 3:19

“dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara”

 

1 Petrus 4:6

“Itulah sebabnya, Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani, tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah.”

 

Dua teks ini secara eksplisit mengandung frasa tentang Kristus ‘pergi’ dan ‘memberitakan’ kepada roh-roh atau orang-orang mati. Isunya menjadi pelik karena Alkitab tidak memberikan narasi linear yang rinci, dan banyak istilah seperti ‘penjara’, ‘roh-roh’, dan ‘orang mati’ terbuka untuk berbagai interpretasi.

 

Dalam tradisi Perjanjian Lama, semua orang yang telah meninggal diyakini dikumpulkan di שְׁאוֹל  (sheol),  yakni dunia orang mati yang terletak di bagian paling bawah bumi, sesuai dengan pandangan kuno mengenai bumi datar. Pada tahap awal pemikiran Ibrani, Sheol tidak membedakan antara orang benar dan orang fasik; semua jiwa berakhir di sana tanpa pengecualian. Keberadaan di sheol tidak dipahami sebagai kehidupan sejati. Eksistensi di sana bersifat samar dan kabur, seperti bayang-bayang, sehingga mereka yang menghuni sheol disebut sebagai rephaim, yakni makhluk yang lemah dan tak berdaya. Hidup di sana tidak utuh, karena para arwah tidak dapat berkomunikasi secara nyata dan efektif, baik dengan Allah maupun dengan orang-orang yang masih hidup. Dalam beberapa narasi di Alkitab, para arwah memang dapat dipanggil atau dibangkitkan, tapi mereka tidak memiliki kuasa yang efektif untuk menolong, seperti yang tergambar dalam kisah pemanggilan arwah Samuel oleh Saul. Samuel dapat berbicara, tetapi tidak memberikan pertolongan nyata.

 

Pada masa awal, belum ada pemahaman atau pengharapan akan kebangkitan, sehingga tidak berkembang pula iman akan hidup sesudah mati. Hal ini tercermin, misalnya, dalam sikap kaum Saduki yang menolak konsep kebangkitan, sesuai dengan penafsiran mereka atas Taurat. Namun, seiring berjalannya waktu, khususnya setelah masa pembuangan, muncul perkembangan teologis yang signifikan. Mulailah dikenal gagasan tentang pemisahan antara orang benar dan orang fasik di dalam sheol, serta munculnya pengharapan akan kebangkitan, baik secara kolektif maupun individual. Pemikiran ini tercermin dengan jelas dalam teks-teks pasca-Taurat, seperti dalam Kitab 2 Makabe.

 

Memasuki tradisi Perjanjian Baru, mulai berkembang gagasan bahwa Kristus turun ke dunia orang mati. Pemikiran ini tampak dalam beberapa teks penting, seperti Roma 10:6–7, Efesus 4:8–9, Filipi 2:10, dan Kolose 2:15, yang menyiratkan bahwa Kristus telah “turun ke bagian bumi yang paling bawah”. Dalam pengertian teologis, ini menunjuk pada tindakan Kristus mengalahkan kuasa maut serta membebaskan mereka yang ‘tertawan’ di dalam dunia kematian.

 

Tindakan ini tidak hanya dimaknai sebagai kemenangan atas kematian, tetapi juga sebagai bentuk partisipasi Kristus dalam kondisi manusia yang paling hina, yakni kematian itu sendiri, dan dari sanalah Ia menggenapi karya penyelamatan-Nya.

 

Gagasan ini kemudian diintegrasikan dalam Pengakuan Iman Rasuli. κατελθόντα εἰς τὰ κατώτατα, yang berarti “Ia turun ke dalam kerajaan maut”, atau dalam frasa Latin: descendit ad inferos, menegaskan keyakinan gereja perdana bahwa kemenangan Kristus mencakup seluruh realitas, termasuk wilayah kematian dan dunia bawah.

 

Kapan Yesus memberitakan Injil kepada orang mati?

  1. Sebelum Inkarnasi: Seperti diajukan Agustinus dan beberapa penafsir modern, Kristus yang pra-eksisten sudah memberitakan secara rohani melalui tokoh seperti Nuh.

  2. Di antara Wafat dan Kebangkitan-Nya: Ini adalah posisi tradisional yang sesuai dengan urutan naratif 1 Petrus 3, serta dengan Syahadat/Pengakuan Iman Rasuli. Yesus ‘turun’ ke dunia orang mati di antara kematian dan kebangkitan-Nya. Meskipun teks Yunani hanya mengatakan ‘pergi,  πορεύομαι (poreuomai). Namun, dalam pola pikir ‘bumi datar’ sheol/hades (dunia org mati) memang ada di bawah bumi. Titik paling bawah! Teks PB lainnya mendukung  gagasan Yesus ‘melakukan sesuatu’ antara wafat dan kebangkitan-Nya (bdk. Kisah Para Rasul 2:25; 13:35; Roma 10:7; Matius 12:40).

  3. Saat Kenaikan dan Kemuliaan: Kristus mewartakan Injil sebagai bagian dari kemenangan-Nya yang penuh atas segala sesuatu di surga, di bumi, dan di bawah bumi.

 

Siapa yang menjadi sasarannya?

  1. Semua orang mati di sheol atau hades.

  2. Generasi pada zaman Nuh yang binasa karena tidak taat (bdk. Kejadian 6; 2 Petrus 2:5).

  3. Para malaikat yang jatuh (bene Elohim dalam Kejadian 6) yang ditahan sampai penghakiman, sebagaimana juga terdapat dalam literatur Yahudi seperti Kitab Henokh.

 

Frasa “roh-roh dalam penjara” dalam 1 Petrus 3:19 sejalan dengan istilah yang digunakan dalam Kitab Wahyu untuk dunia orang mati sebagai tempat penantian. Tafsir kontemporer lebih condong kepada pilihan ketiga, bahwa roh-roh yang dimaksud adalah para makhluk surgawi yang memberontak.

 

Makna pemberitaan Injil

Dalam bahasa Yunani, kata kerja yang digunakan adalah ‘ἐκήρυξεν’ (ekēryxen), berasal dari ‘κηρύσσω’

(kēryssō), yang berarti “memberitakan, mengumumkan”. Meskipun kata Injil atau εὐαγγέλιον (euangelion) tidak disebut eksplisit, dalam konteks 1 Petrus yang menekankan penderitaan Kristus sebagai kemenangan atas kuasa jahat, pewartaan tersebut dimaknai sebagai pemberitaan Injil dalam bentuk deklarasi kemenangan ilahi.

 

Bagi makhluk yang dilawan (kuasa jahat), itu adalah penghakiman; bagi orang percaya, itu adalah kabar gembira tentang pembebasan dan kemenangan. Maka, pilihan terjemahan LAI ‘memberitakan Injil’ memiliki dasar yang kuat dalam semantik teologis. Dalam konteks jemaat penerima surat 1 Petrus, yang hidup di bawah tekanan dan penganiayaan, gagasan bahwa Kristus telah mengalahkan kuasa maut dan memberitakan kemenangan-Nya bahkan sampai ke dunia orang mati, memberikan kekuatan dan penghiburan. Kristus bukan hanya pemenang atas dunia atas, tetapi juga dunia bawah. Dia adalah Tuhan atas seluruh ciptaan, termasuk mereka yang tersembunyi dalam ‘penjara yang kelam’.

 

“Tidak ada satupun kekuatan dan kekuasaan yang dapat memisahkan kita dari pemeliharaan dan perlindungan Kristus. Semua penderitaan dan penganiayaan yang dialami jemaat, pasti akan berarkhir dan diatasi oleh Kristus, Sang Pemenang. Para musuh itu akan dihukum, orang beriman akan dipulihkan, dan terus hidup.”

 

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia