Pada bulan September, tim Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) melakukan pendistribusian Alkitab di Amarasi Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), di tengah musim kemarau. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 9 - 11 September 2024, dengan anggota tim LAI Anggun Nurhayati Panjaitan dan Hana Ferrennanny Budianto. Mereka didampingi oleh mitra Gereja Kristen Indonesia Jemaat Citra 1, Endah Sri Hapsari dan Zusana Albertina, serta tim Kelompok Kerja Penggalangan Dukungan (KKPD) LAI Mitra Kupang, yaitu Pdt. Wim Nunuhitu, Pnt. Yoram Bang, dan Jack Elvin. Sebanyak 8.256 Alkitab dan bagian-bagiannya berhasil didistribusikan ke Amarasi Barat dan sekitarnya.
Perjalanan Satu Dalam Kasih (SDK) ke Kabupaten Amarasi Barat, NTT, adalah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup saya. Program ini, yang diinisiasi oleh LAI, bertujuan mulia untuk menyebarkan firman Tuhan ke pelosok negeri, khususnya bagi mereka yang belum memiliki Alkitab. SDK bukan sekadar program sosial; ini adalah misi kabar baik, sebuah panggilan bagi kita untuk membawa terang kasih Kristus ke sudut-sudut terpencil Indonesia.
Amarasi Barat adalah daerah yang benar-benar terpencil, terletak di balik perbukitan dengan jalanan berbatu dan penuh tantangan. Di sana, kehidupan berjalan perlahan, dan segala sesuatu terasa serba terbatas. Namun di balik segala keterbatasan itu, ada sekelompok jemaat yang hati dan jiwanya penuh dengan harapan. Mereka menantikan dengan rindu Firman Tuhan, seakan-akan Firman itu adalah harta yang telah lama mereka dambakan.
Ketika pertama kali kami menjejakkan kaki di tanah Amarasi Barat, hati saya bergetar. Tempat ini sungguh indah, namun di balik keindahan alamnya, ada kerinduan besar dari masyarakat untuk memiliki Alkitab mereka sendiri. Sebuah kebutuhan spiritual yang bagi kita mungkin dianggap biasa, tetapi di sini, itu adalah harapan besar yang sudah lama dinantikan. Di titik pertama pembagian Alkitab, tepatnya di GMIT Ebehaezer Noekaesmuti, Pdt. Noverrikus Dalsimus Maufa, S.Th sungguh bersukacita karena tim LAI dan para mitranya tiba disaat musim kemarau. Karena jika disaat musim hujan, maka tim tidak akan bisa tiba di GMIT Ebehaezer Noekaesmuti karena banjir dan longsor sehingga tidak akan dapat untuk dilalui.
Momen yang paling menyentuh adalah saat kami datang membawa Alkitab. Anak-anak yang baru saja pulang sekolah, dengan seragam yang sederhana bahkan ada yang tidak memiliki sepatu mereka berlari kearah kami dengan wajah penuh keringat. Mereka berlari dengan antusias, senyum cerah terpancar di wajah-wajah mungil mereka. Seolah-olah, kehadiran Alkitab itu adalah hadiah terindah yang bisa mereka dapatkan. Ketika mereka menerima Alkitab, sorot mata mereka memancarkan kegembiraan yang tak terbendung. Tidak ada yang lebih murni dari tawa anak-anak yang bersukacita karena menerima Firman Tuhan. Bagi mereka, Alkitab bukan sekadar buku, itu adalah cahaya harapan yang akan menemani setiap langkah mereka ke depan.
Perjalanan ini membuka mata saya bahwa di pelosok-pelosok negeri, masih banyak orang yang mendambakan firman Tuhan sebagai bagian dari hidup mereka. Mereka ingin hidup dalam terang-Nya, menjalani setiap hari dengan tuntunan firman-Nya. Saya merasa diberkati karena bisa menjadi bagian dari perjalanan ini, membawa secercah terang ke sudut negeri yang mungkin sering terlupakan. Saya berdoa, semoga pengalaman ini dapat menyentuh hati banyak orang. Kiranya kita semua bisa bersama-sama berarak-arakan dengan Lembaga Alkitab Indonesia dalam menyebarkan kasih Tuhan, hingga firman-Nya menjangkau setiap sudut negeri. Mari kita menjadi bagian dari misi kasih ini, membawa Alkitab, membawa terang, hingga ke ujung bumi. SALAM ALKITAB UNTUK SEMUA.
