Nabi Mikha secara khusus mengecam penduduk kota Yerusalem. Kesalahan mereka yang paling dibenci TUHAN adalah: ketidak-jujuran dalam jual-beli. Mereka gemar memakai timbangan yang palsu, sehingga menipu sesamanya baik saat menjual maupun waktu membeli. Timbangan yang palsu dan kebohongan menjadi sarana orang-orang kaya di Yerusalem untuk menindas dan memeras para petani miskin dari desa-desa. Dengan demikian, mereka sendirilah yang sebenarnya mulai menghancurkan kota Yerusalem.
TUHAN akan menghukum mereka karena dosa dan kecurangan tersebut. Keinginan mereka tidak akan terpuaskan. Usaha mereka tidak akan berkembang. Barang yang berhasil mereka kumpulkan akan dirampas oleh musuh dalam peperangan. Tiga produk pertanian mereka (gandum, minyak zaitun dan anggur) akan gagal. TUHAN mencap mereka mengulangi dosa-dosa dua raja utama di Israel Utara: Omri dan Ahab. Meski secara politik, keduanya adalah raja-raja yang terkenal dan sukses, namun secara religius amat dikecam. Mengapa? Karena mereka menjadi teladan ketidak-taatan kepada TUHAN dan penindasan terhadap orang kecil.
Kecaman Mikha tetap berlaku sampai sekarang. Inti hidup keagamaan adalah: kesetiaan kepada TUHAN dan keadilan dalam hidup bermasyarakat. Tanpa salah satu unsur itu, hidup kita timpang. Konkretnya: Mikha mengajak kita untuk selalu jujur dalam membangun relasi antar-pribadi dan dalam konteks pekerjaan dan usaha. TUHAN membenci semua bentuk pemerasan dan kecurangan yang kita lakukan terhadap sesama kita, apalagi terhadap mereka yang kecil dan berkekurangan.