Kita hanya dapat hidup di dalam pemeliharaan Tuhan. Iman kita pun hanya dapat bertumbuh dan berkembang hanya karena pemeliharaan Tuhan. Artinya, seseorang tidak dapat memegahkan dirinya sendiri pada saat ia merasa imannya bertumbuh, apalagi hingga merendahkan orang lain yang ia rasa tidak setingkat dengan dirinya, meski cara pandang penilaian kualitas iman yang membandingkan antara diri kita dengan orang lain juga menjadi perilaku yang tidak layak untuk dilakukan.
Penulis surat Yudas mengakhiri semua pesannya dengan sebuah penegasan sekaligus menjadi pengingat bagi jemaat bahwa Tuhan adalah pelindung sekaligus pemulih hidup mereka. Melalui penegasan ini, seperti yang muncul pada ayat 24, penulis juga telah mengingatkan jemaat agar tidak berlaku congkak terhadap sesama apalagi di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, jemaat juga tidak selayaknya meninggikan diri di hadapan Tuhan atas segala pencapaian, kondisi hidup maupun kualitas iman yang ia miliki. Jemaat perlu menyadari, mengingat dan mengakui bahwa semua yang mereka alami merupakan bentuk anugerah Tuhan yang tidak sepantasnya disombongkan sebagai hasil pribadi.
Sahabat Alkitab, pada hari ini kita tidak sekadar diingatkan untuk merendahkan hati di hadapan Tuhan dalam menjalani hidup beriman, melainkan juga diajak untuk selalu menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Kita perlu menyadari bahwa seluruh perjalanan kehidupan iman hanya mengalami pertumbuhan di dalam kuasa Tuhan. Oleh sebab itu, sudah selayaknyalah seluruh pertumbuhan iman yang kita alami dipersembahkan untuk hormat dan kemuliaan bagi Tuhan. Jangan sampai kita mengupayakan pertumbuhan iman hanya demi kepuasan, apalagi keinginan pribadi, entah untuk mendapatkan kenikmatan maupun kenyamanan personal. Alhasil, kita justru terlupa atas tanggung jawab pertumbuhan iman sebagai umat yang memuliakan Tuhan.