Kalau kita ditanya, “Pilih mana, miskin tapi bahagia atau kaya tapi menderita?” kira-kira kita akan pilih yang mana? Pasti sebagian besar akan menjawabnya “Kaya tapi bahagia”. Jawaban itu tidak salah, karena semua orang pasti ingin hidup dalam kelimpahan dan bahagia. Apalagi belajar dari bacaan kita saat ini, Pengkhotbah mengatakan banyak orang-orang miskin dan yang ditindas menangis dan tidak ada yang menolong mereka. Tentu kita tidak ingin seperti mereka. Namun pada kenyataannya, di muka bumi ini, banyak orang yang menderita, baik mereka yang miskin maupun yang kaya. Yang miskin menderita karena penindasan orang-orang yang berkuasa. Yang kaya menderita karena semua yang dikerjakannya hanya berlandaskan iri hati melihat hasil usaha tetangganya (ay. 4). Semua sia-sia seperti mengejar angin.
Lalu apa yang harus kita lakukan supaya hati kita tenang dan hidup bahagia? Harta sedikit juga bisa membuat kita bahagia jika kita dapat memenuhi indeks kebahagiaan kita, yaitu jika rumah tangga kita harmonis, anak-anak masih bisa sekolah, lingkungan yang sehat, dan yang paling penting adalah kita masih diberi kesempatan hidup untuk bekerja. Konon, hanya orang bodoh saja yang duduk berpangku tangan dan membiarkan dirinya mati kelaparan (ay.4). Jadi, walaupun harta kita sedikit, jika kita mau bekerja keras dan selama kita tidak kelaparan, itulah kebahagiaan. Satu hal lagi, kita harus bekerja bukan karena iri hati pada kehidupan orang lain. Karena tidak ada kebahagiaan dibalik kecemburuan dan iri hati. Pengkhotbah mengakhiri nasihatnya dengan kalimat, “lebih baik harta sedikit disertai ketenangan hati daripada bekerja keras dengan kedua tangan dan mengejar angin”.
Sahabat Alkitab, mari kita nikmati hidup kita selama masih ada kesempatan. Harta bukanlah ukuran kebahagiaan kita, melainkan rasa syukur atas kesempatan yang diberikan Tuhan bagi kita untuk menikmati kebahagiaan.
Salam Alkitab Untuk Semua.