Dalam falsafah Jawa ada ungkapan yang sangat terkenal, yaitu “Kere Munggah Bale”. Kere adalah sebutan untuk orang miskin, tidak punya apa-apa dan dianggap bukan siapa-siapa. Munggah artinya naik (naik pangkat atau naik derajatnya). Sedangkan Bale bisa diartikan pendopo, balai-balai, atau tempat yang lebih tinggi. Ungkapan ‘kere munggah bale’ berarti orang miskin, yang tadinya tidak punya apa-apa dan dianggap bukan siapa-siapa tiba-tiba naik derajatnya menjadi orang yang punya kedudukan, kekayaan, dan kekuasaan. Biasanya ungkapan ini dinilai negatif dan menghina orang miskin karena menggambarkan orang yang sombong, dari yang tidak punya harta lalu dalam waktu singkat berkelimang harta (seperti Orang Kaya Baru atau OKB). Dari yang dianggap tidak punya kemampuan jadi pemimpin, tiba-tiba diberi kekuasaan untuk memimpin, bayangkan apa jadinya? Intinya kalimat ‘kere munggah bale’ adalah keadaan yang berubah drastis dari seseorang yang awalnya biasa-biasa saja (istilahnya ‘kere’) kemudian serta merta menjadi kaya raya dan berkuasa. Istilah ini menjadi negatif karena biasanya orang-orang yang demikian menjadi sombong dan lupa diri.
Namun jika kita cermati lebih dalam, pepatah ‘kere munggah bale’ tidak selamanya berkonotasi negatif atau menghina orang miskin. Bayangkan saja, jika ‘kere’ yang kumuh dan dekil tiba-tiba bisa masuk pendopo tempat para bangsawan berkumpul, tentu dia bukan sembarang sembarang ‘kere’. ‘Kere’ yang bisa masuk pendopo tentunya punya kelebihan dan kecerdasan yang patut dipertimbangkan. Selain nasihat bahwa hidup bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada seorang diri, dalam Kitab Pengkhotbah, khususnya pada Pasal 4 ayat 13-16 (DSR,LAI) juga hendak membuktikan bahwa orang miskin bisa menjadi raja. Orang tawanan bisa pindah ke atas tahta atau dalam Alkitab-TB berbunyi, “Lebih baik seorang muda miskin tapi berhikmat daripada seorang raja tua tetapi bodoh”. Intinya, semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menggantikan raja. Karena jika raja itu sudah tua dan akan wafat, maka sia-sialah kepemimpinannya dan tidak ada yang mengingatnya.
Demikinlah Sahabat Alkitab, mari kita isi hidup kita dengan hal-hal yang berguna dan tidak sia-sia. Jangan sombong dan menghina orang lain, jangan malu jadi ‘kere’, sebab bisa jadi, suatu saat nanti orang yang dianggap ‘kere’ atau miskin itu yang kelak menjadi pemimpin.
Salam Alkitab Untuk Semua.