Pada akhir bacaan kita dikatakan begini: “Kataku, memang semuanya itu sia-sia, semuanya percuma, tak ada artinya” (12:8). Demikian Pengkhotbah mengulang kembali gagasan yang tertuang dalam pembukaan tulisannya (1:2). Lagi-lagi nada pesimistis itu muncul. Namun, jika kita ikuti pikiran utama kitab yang sarat filosofi hidup ini, pesannya tidak pesimistis seperti yang kita bayangkan. Perhatikan peringatan yang diberikannya terkait kesenangan manusia: “Tetapi ingat, Allah yang ada di surga, kelak mengadili tindakanmu semua” (ayat 9).
Sahabat Alkitab, kita diingatkan bahwa ada batasan untuk setiap hal yang kita boleh lakukan. Seringkali kita lupa bahwa kita tidak sebebas yang kita pikirkan. Orang bijak tahu bahwa hidup selalu ada konsekuensi. Selain itu, hidup kita sendiri terbatas. Kita hanyalah debu dan embusan napas yang pada waktunya akan kembali kepada Pencipta (12:7). Kalau kita renungkan hal ini, perhatian kita semestinya tertuju pada Dia yang memiliki kehidupan ini. Yang terpenting bukanlah apa yang kita inginkan dan yang bisa kita lakukan, tetapi apa yang Tuhan mau. Kenyataan ini merupakan kabar gembira bagi mereka yang kesusahan, sebab mereka tahu penderitaan dan tekanan akan berlalu. Hal itu akan membesarkan hati orang percaya dan memberi alasan kita untuk memuji Tuhan.
Salam Alkitab Untuk Semua