Hanya orang yang siap menderita dera yang mampu bertahan dalam iman. Bukan orang yang pengecut yang menghindari ancaman dengan menjadi serupa dengan dunia. Orang seperti ini akan ikut membenci ketika dibenci; ikut menghina ketika dihina; mengancam ketika diancam. Jika sikap demikian dipandang sebagai bentuk “keberanian”, keberanian tersebut hanyalah ilusi, menipu diri. Sebab, Tuhan mengajak umat-Nya untuk tetap mengasihi dan menjadi saksi bagi dunia.
Sahabat Alkitab,Jemaat di tujuh wilayah di provinsi Asia dapat mewakili seluruh jemaat Tuhan yang dituntut menjadi saksi kebenaran. Mereka seperti kaki pelita yang menyediakan tempat bagi terang. “Saksi” merupakan salah satu kata kunci dalam kitab Wahyu. Kata kunci lainnya adalah “ketabahan” atau “ketekunan” (ayat 9); kata ini muncul sebanyak tujuh kali dalam kitab Wahyu. Itulah sikap batin yang harus dimiliki oleh orang Kristen yang tengah menghadapi aniaya.
Sabar menghadapi penderitaan berarti kita tidak menggunakan kekuatan atau kuasa kita untuk mencapai maksud. Pengharapan akan Allah yang berkuasa menghidupkan iman kita. Sikap itu didasari oleh kesaksian Tuhan sendiri ketika Ia berkata, “Aku sudah mati, tetapi lihatlah, Aku hidup untuk selama-lamanya.” (ayat 18) Keliru jika kita mengira semangat atau militansi kita untuk mengubah dunia akan berbuah sukses. Akibatnya justru penderitaan yang lebih besar. Beberapa kaisar Romawi membubuhkan tujuh bintang pada mata uang mereka sebagai simbol kekuasaan atas dunia. Akan tetapi, perhatikanlah tujuh bintang ada di tangan kanan Kristus.
Janganlah menjadi serupa dengan dunia. Berharaplah dalam Tuhan, Penguasa sejati. Mari kita mengakui, bahwa meskipun terkesan pasif ketabahan menghadapi dunia harus dilihat sebagai bentuk penyembahan kepada Allah yang penuh kuasa. Dengan demikianlah kita berani untuk tabah.
Salam Alkitab Untuk Semua