Menjadi pemimpin bukanlah hal yang sederhana dan mudah. Menjadi pemimpin hidup dengan penuh tanggung jawab, hidup dikelilingi risiko dan pekerjaan yang besar, apalagi menjadi pemimpin rohani. Dalam ayat 2-3 mengatakan; "...Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,". Ayat ini tentu saja sangat sulit dilakukan oleh orang yang mau menjadi pemimpin. Herannya, banyak orang yang menyepelekan sarat ini dan dengan mudah menjadi pemimpin bahkan memiliki banyak pengikut. Padahal belum tentu dia pemimpin yang baik. Ini berarti jika seseorang ingin menjadi pemimpin dia juga harus menjaga hidupnya agar menjadi teladan bagi mereka yang dipimpin.
Menjadi seorang pemimpin merupakan tanggung jawab yang besar dimana kita dituntut untuk lebih bijaksana dalam bersikap dan bertutur kata, karena teladan yang kita diberikan adalah kehidupan kita yang real, bukan hanya sekedar tutur kata yang disampaikan untuk mengajar orang lain untuk hidup benar sesuai dengan aturan yang ada, namun kita sendiri tidak melakukan apa yang kita ajarkan. Bukankah kita justru akan menjadi batu sandungan bagi orang lain? Jika demikian, kita ini "setali tiga uang" dengan kehidupan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang paham dan mengajarkan Firman Tuhan namun tidak menghidupinya. Dan sikap hidup yang seperti inilah yang ditentang oleh Yesus, dimana Dia mengecam para pemimpin dan pemuka agama pada zaman itu; Intinya bagi mereka menjadi pemimpin hanya untuk popularitas dan mesin penghasil uang dan kedudukan.
Orang-orang yang demikian “...sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:27-28).
Bukan berarti kita tidak bisa menjadi pemimpin. Tuhan memberi kita semua kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin. Oleh sebab itu, Tuhan melalui Surat Timotius ini membekali kita dengan cara-cara menjadi pemimpin seperti yang dikehendaki Tuhan. Memang berat, tetapi jika hal itu dapat kita lakukan, maka kita hidup sebagai pemimpin yang benar, baik dalam keluarga, lingkungan dan ditempat kerja kita.
Jadilah seorang pemimpin yang bukan hanya pandai berbicara namun yang lebih penting dari pada itu menjadi teladan dalam perbuatan. Tuhan Yesus Memberkati
Salam Alkitab Untuk Semua.