Penderitaan maupun pergumulan adalah bahasa universal yang dialami oleh setiap manusia. Warna kulit, asal-usul, suku bangsa, maupun bahasa masing-masing orang bisa saja berbeda, tapi semuanya pasti pernah mengalami penderitaan dan pergumulan. Lihatlah pandemi covid 19 pada saat ini yang mengguncang milyaran orang di berbagai belahan dunia. Jika penderitaan adalah bahasa universal maka apakah pengharapan dan penyelamatan adalah juga sesuatu yang universal?
Yesaya 56 kiranya dapat menjadi titik tolak kita untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kitab Yesaya secara keseluruhan merupakan nubuatan nabi Yesaya yang mewartakan keselamatan yang akan segera diperoleh oleh bangsa Yehuda yang saat itu tengah berada dalam pembuangan. Hal yang cukup berbeda nampak dalam pasal 56, dimana Allah tidak hanya mewartakan bagi bangsa Yehuda, tetapi juga bangsa-bangsa di luar Yehuda. Secara khusus dalam pasal ini keselamatan itu dialamatkan pada orang-orang asing dan orang yang dikebiri. Orang asing mungkin merujuk pada orang-orang pengembara atau secara umum bangsa di luar Yehuda. Sementara itu orang yang dikebiri adalah golongan tertentu dalam masyarakat yang mengabdikan diri menjadi pelayan istana dan harus menjalani proses pengebirian yang mengakibatkan orang-orang tersebut tidak mempunyai keturunan. Keduanya mendapatkan tempat dalam sejarah penyelamatan Allah asalkan mereka berpegang pada ketetapan-ketetapan Tuhan.
Kiranya dari pembacaan kita atas Yesaya, kita semua semakin diteguhkan, bahwa bahasa derita yang universal itu ditransformasi oleh pengharapan dan penyelamatan Allah yang menembus sekat dan batas. Pengharapan itu pasti, maka yang perlu kita lakukan adalah melakukan bagian kita dan berpegang senantiasa pada ketetapanNya.
Salam Alkitab Untuk Semua