Dalam Yos 22: 1-8 Yosua sudah menyuruh pulang suku-suku yang berasal dari seberang Sungai Yordan. Suku Ruben, Gad dan Manasye dipuji karena loyal dengan suku-suku Israel lainnya, dan terutama karena setiaan pada TUHAN (22:3). Mereka diingatkan untuk selalu mengasihi TUHAN dengan: hidup menurut jalan-Nya, mengikuti perintah-Nya, berpaut pada-Nya dan berbakti kepada-Nya saja (9:5). Apakah mereka taat?
Ternyata, begitu tiba di seberang Yordan, mereka mendirikan mezbah yang megah. Ini dilihat sebagai sinyal memisahkan diri. Musa dahulu sudah memerintahkan agar Israel mendirikan satu mezbah saja untuk TUHAN (Ul 12:5-19). Tindakan mereka dianggap melawan pusat ibadah bersama di Silo. Ini hal mendasar sekali bagi Israel yang tengah membina persatuan di Tanah Perjanjian. Hanya satu tanah, hanya satu TUHAN ! Satu mezbah saja akan menjamin persatuan dalam ibadah dan iman. Jangan sampai dosa penyembahan berhala di masa lampau, seperti di Peor dan di zaman Akhan terulang lagi. Israel tidak mau lagi dihukum TUHAN, karena dosa dan kesalahan suku-suku tertentu. Maka, mereka siap berperang.
Untunglah, solusi damai diprioritaskan. Dialog yang terbuka dalam suasana persaudaraan lebih diutamakan. Imam Pinehas pun diutus ke seberang Yordan demi klarifikasi dan mencari solusi. Ini teladan bagi kita semua: jangan langsung percaya dengan kabar dan kata orang, apalagi hoax !. Konfirmasi dan klarifikasi itu penting, sejak dahulu apalagi kini, saat kita setiap hari dilanda tsunami informasi. Tenyata mezbah itu memang bukan tanda pemisahan diri. Tidak akan pernah mezbah itu digunakan untuk membawa kurban dan beribadah. Mezbah itu hanyalah “saksi” agar keturunan dan generasi nanti mengingat akar bersama dan terus merajut persatuan. Mezbah ini hanya menjadi saksi bahwa, kendatipun Sungai Yordan memisahkan tempat tinggal mereka, namun sungai itu tidak memisahkan ikatan persaudaraan antar mereka. Dan yang paling utama, mezbah ini menjadi saksi bahwa mereka semua tetap menyembah TUHAN, sebagai satu-satunya Allah mereka!