Bildad, salah seorang teman Ayub yang berbicara dalam Ayub 18, ikut mengutarakan pendapatnya dan menekan Ayub sebagai seorang yang berdosa. Menurut Bildad, Ayub adalah contoh orang fasik yang akan binasa atas segala perlakuannya. Logika yang ia miliki mengenai nasib seorang berdosa sama seperti yang dialami oleh Ayub adalah kehilangan milik (ayat 15), mati sebagai orang yang dilupakan (ayat 17), dilemparkan dalam kegelapan (ayat 18) dan tidak mempunyai anak-anak yang akan meneruskan nama keluarga (ayat 19). Semua hal tersebtu Bildad hanya semakin menegaskan bahwa Ayub adalah manusia yang berdosa, meski tuduhannya tidak disertai bukti yang kuat.
Sahabat Alkitab, menghakimi adalah hal yang sangat mudah untuk kita lakukan, secara khusus ketika ada seseorang di sekitar kita yang mengalami kemalangan, pergumulan, atau masala dalam kehidupannya. Entah secara sadar maupun tidak, kita sangat mudah untuk mengaitkan segala kondisinya tersebut sebagai hasil dosanya dan penghukuman dari Tuhan yang memang layak ia terima. Padahal, di tengah kondisi yang demikianlah seseorang justru sangat membutuhkan rekan untuk mendampinginya. Selain itu, logika berpikir iman yang demikian adalah keliru dan tidak mencerminkan kasih Allah itu sendiri. Inilah yang perlu kita gumuli dan evaluasi di dalam diri masing-masing, yakni apakah saya terlalu mudah menghakimi orang lain dan menempatkan diri sebagai orang yang lebih layak di hadapan Tuhan?
Marilah kita belajar bersama untuk melihat suatu permasalahan dengan lebih luas, sehingga kita tidak mudah melakukan penghakiman kepada orang lain. Dua hal yang perlu kita ingat adalah pertama, tidak ada penghakiman yang benar dan baik selain dari Allah; kedua, segala ukuran yang kita kenakan kepada orang lain akan dikenakan juga kepada kita. Matius 7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.