Terdapat beberapa sikap yang mungkin muncul pada diri seseirang ketika ada yang menceritakan permasalahan atau pergumulan hidup kepadanya. Misalnya,mengambil kesimpulan, memberikan nasihat, atau bahkan secara tanpa sadar mempersalahkan diri orang tersebut. Mungkin anda punya jawaban lain untuk situasi ini. Namun, pengalaman Ayub berdasarkan pasal 19 dapat menjadi sebuah bahan refleksi yang memperlengkapi kita dalam membentuk sikap bagi seseorang di sekitar kita yang sedang berjuang di tengah permasalahannya.
Tiga hal yang dapat kita perhatikan bersama dari perikop ini adalah: Pertama,kondisi psikis Ayub sangat terluka akibat respons teman-temannya yang justrumenyudutkan Ayub di hadapan segala pergumulannya. Kedua, pernyataan-pernyataan yang mempersalahkan Ayub ternyata turut memengaruhi cara pandang Ayub tentang sikap Allah terhadap dirinya. Ayub sudah menganggap bahwa Allah pun bersikap tak acuh kepadanya. Ketiga, Ayub sungguh merasa tidak ada orang yang mendampinginya menghadapi kondisi sulit itu. Bagi seorang Ayub, hanya ada dia tanpa dukungan dari pihak lain untuk bertahan di tengah permasalahan hidup saat itu.
Sahabat Alkitab, respons Ayub pada pasal 19 ini menjadi contoh manusia yang berupaya di tengah gumul dan juang kehidupan. Ayub sudah cukup terbeban oleh berbagai permasalahan yang muncul pada saat itu. Namun, sungguh disayangkan bahwa Ayub tetap harus mendapatkan tekanan tambahan melalui segala pernyataan orang yang tidak memberi empati kepadanya. Mereka yang berbicara atas nama ‘teman’, justru berubah dalam kalimat-kalimat seorang ‘lawan’. Padahal, Ayub adalah manusia, makhluk relasional yang pasti membutuhkan kehadiran orang lain, secara khusus di tengah sulit dan pahitnya kehidupan. Suara hati Ayub dengan segala erangan luka batin akibat argumen-argumen kejam, maupun kesendiriannya menghadapi pergumulan dapat merupa sebagai sebuah ajakan bagi setiap kita untuk membentuk sikap terhadap orang-orang yang bergumul.
Refleksi saat ini, memberikan kita modal untuk membentuk sikap yang lebih merangkul dan bersahabat bagi setiap mereka yang sedang berjuang di tengah masalah hidupnya. Pertama, selalu perhatikan setiap kata yang ingin kita ucapkan bagi mereka yang sedang bergumul, sehingga perkataan itu membangun semangat dan imannya bukan justru sebaliknya. Kedua, jangan cepat-cepat menyangkal perasaan mereka.
Setiap orang yang sedang bergumul memiliki perasaan yang valid dan tidak perlu dibantah. Hal yang dia butuhkan adalah pendampingan untuk menghadapi dan mengelola perasaan tersebut. Ketiga, menyiapkan diri menjadi orang yang bersedia untuk berjalan beriringan sehingga mereka tidak merasa sendirian di tengah pergumulan. Selamat membentuk hati dan mempersiapkan diri sebagai seorang kawan dan bukan lawan.
Salam Alkitab Untuk Semua