Perencanaan merupakan bagian yang melekat dalam hidup manusia. Mulai dari hal yang sederhana, seperti menjalani rutinitas hingga sesuatu yang sifatnya kondisional serta berpengaruh besar terhadap kehidupannya, semua itu membutuhkan perencanaan yang baik dan efektif. Begitu pentingnya aspek perencanaan dalam hidup seorang manusia hingga muncul banyak perspektif dan pendekatan untuk membangun perencanaan yang tepat. Misalnya saja, seorang motivator Biran Tracy yang mengatakan bahwa, “Tindakan tanpa perencanaan adalah sumber kegagalan. Tindakan dengan perencanaan adalah sumber kesuksesan.” Intinya, perencanaan, jikan dengan sunggu-sungguh dipersiapkan, maka akan berdampak besar bagi kesuksesan manusia dan begitu pula sebaliknya.  Namun, benarkah demikian? Model berpikir seperti ini menempatkan manusia sebagai satu-satunya penentu berhasil-tidak berhasil perjalanan kehidupannya. Padahal, salah satu keterbatasan dan ketidakmampuan manusia adalah menilik serta memastikan masa depannya.

Di dalam syair yang ditulis pemazmur pada ayat 10-15 ini, kita pun diperhadapkan pada sebuah pengakuan tentang dua jenis perencanaan dan kekuasaan yang ada di dalamnya. Jenis pertama adalah perencanaan yang dibuat oleh manusia dengan kuasanya yang terbatas dan jenis kedua adalah perencanaan yang dibuat oleh TUHAN dengan kuasa-Nya yang tak terlampaui. Pemazmur sudah dengan sangat tegas mengungkapkan bahwa kekuasaan TUHAN mampu menggagalkan segala macam perencanaan yang dibuat oleh manusia, meskipun perencanaan itu sudah sangat baik dan dianggap efektif. Kemudian, dengan semakin bangga ia mengungkapkan kebahagiaan bangsa yang Allahnya ialah TUHAN sebab mereka tentu berada dalam perencanaan yang penuh kuasa yang bertahan turun-temuru, tidak bisa diganggu gugat dan penuh perhatian. TUHAN tidak sekadar memberikan rancangan yang baik, melainkan Ia juga memberikan kepedulian dalam kasih-Nya yang begitu besar.

Setiap kita tentu punya perencanaan hidup dengan segala targetnya masing-masing. Di tengah segala ketidakpastian akan jalannya massa depan serta ketidakmampuan kita dalam memastikan segala sesuatunya terjadi sesuai yang kita kehendaki, biarlah kita selalu menyerahkan hidup dan perencanaan yang sudah dibuat ke dalam perahtian TUHAN. Dengan begitu, kita mengakui bahwa bukan kita yang melibatkan TUHAN dalam hidup melainkan TUHAN yang melibatkan kita dalam rancangan-Nya yang penuh kuasa. Bukan kita lah pemikir kehidupan, melainkan TUHAN yang memandang dari sorga, menilik hati setiap manusia dan memperhatikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan. Jadi, apakah anda mau hidup dalam rancangan TUHAN?