Mazmur ini berisikan pesan yang sangat lugas mengenai kehadiran Tuhan dan bimbingan-Nya bagi kita, yaitu tidak pernah berhenti dan tak terbatas. Tidak ada halangan bagi kasih Tuhan untuk merengkuh setiap jiwa yang sedang penuh dengan lara. Tidak ada hambatang bagi Tuhan untuk memberikan tuntunan agar kita selalu berada di jalan firman-Nya. Justru, kitalah yang entah sadar maupun tidak sadar menjauhi Tuhan dengan menolak segala bimbingan yang Ia berikan.
Kita mungkin saja berusaha menjauhi Tuhan karena sulitnya jalan yang harus kita tempuh bersama-Nya. Kita mungkin juga berusaha meninggalkan Tuhan karena bimbingan-Nya ternyata membawa kita ke arah yang berbeda dari apa yang kita inginkan sebagai manusia. Kita juga bisa membelakangi Tuhan karena keengganan untuk mengikuti bimbingan-Nya, meski Ia selalu menempatkan kita dalam rengkuhan pemeliharaan kasih-Nya yang tak terbatas.
Saat ini kita diajak untuk mendalami kondisi diri dan ketulusan dalam mengikut Tuhan sebagai umat-Nya, yakni: Apakah kita benar-benar siap mengikuti bimbingan Tuhan? Apakah kita pernah menolak bimbingan Tuhan? Sejauh mana kita siap untuk menunjukkan kebulatan hati menjadi umat Tuhan? Apakah kita pernah menunjukkan keraguan pada saat harus mengikuti firman Tuhan? Kalau memang pernah, apa pertimbangan kita hingga membuat keraguan tersebut?
Biarlah firman Tuhan pada hari ini menjadi ajakan bagi setiap umat Tuhan untuk merenungkan ketulusannya sebagai umat Tuhan. Kita perlu menyadari bahwa ketiadaan ruang untuk bersembunyi dari Tuhan, seperti yang digambarkan oleh pemazmur pada syair bacaan hari ini, adalah tanda totalitas dan luasnya cakupan kasih pemeliharaan Tuhan. Bahkan, bukan hanya sangat luas, melainkan kuasa-Nya tidak pernah terbendung oleh ruang dan waktu. Kuasa penyelamatan dan pemeliharaan Tuhan selalu muncul di tengah segala situasi, di berbagai lokasi dan kapan pun.