Siapa yang tidak ingin hidup nikmat? Siapa yang tidak ingin menjalani hari-hari dalam kenyamanan dengan terpenuhinya segala sesuatu yang dibutuhkan? Siapa yang tidak ingin menyongsong hari baru tanpa kekhawatiran? Sepertinya, setiap manusia ingin memiliki semua hal tersebut. Beragam cara pun dilakukan untuk mendapatkannya, tak terkecuali dalam kehidupan beriman. Namun, kita perlu kritis terhadap keinginan ini, secara khusus terkait peran TUHAN dalam kehidupan. Banyak orang yang, tanpa disadari, memperlakukan TUHAN sebagai pihak dengan tugas ‘hanya’ untuk memenuhi segala hal tadi. Apakah benar seperti itu?
TUHAN memang Sang Pencipta dan Dialah Sumber kehidupan. Sudah tidak perlu diragukan bahwa dalam pemahaman iman, kita percaya bahwa hanya kepada TUHAN-lah kita perlu berlindung dan menyerahkan seluruh jalannya kehidupan. Namun, itu semua idealnya dilakukan dengan kerendahan hati dan terjadi dalam hubungan yang setara. Kerendahan hati diperlukan agar kita mengakui bahwa kita memang tidak dapat hidup di luar TUHAN dan kita tidak menuntut serta memperlakukan TUHAN sebagai ‘suruhan’ untuk memenuhi segala yang kita perlu atau segala hal yang kita anggap kita butuhkan. Kemudian, hubungan yang setara berarti kita tidak hanya sekadar meminta TUHAN untuk memberikan perlindungan, rasa aman, kebahagiaan dan segala hal baik untuk pribadinya melainkan juga bersedia memberikan sikap takut akan TUHAN sepanjang kehidupannya.
Pada ayat 9-15 kita bisa melihat adanya susunan yang mencerminkan kesaksian tentang hidup percaya dan mengandalkan TUHAN dengan kerendahan hati dan hubungan yang setara dari pemazmur. Ayat 9-11 menjadi kesaksian darinya tentang betapa besarnya kuasa perlindungan TUHAN. Ayat 12-15 menjadi seruan untuk hidup takut akan TUHAN dan wujud nyata dari sikap tersebut, yakni tidak berkata-kata yang jahat atau tipuan, melakukan kebaikan dan mewujudkan perdamaian. Jadi, jika kita bersedia meminta perlindugan TUHAN semestinya kita juga bersedia untuk hidup takut akan TUHAN. Pertanyaannya, maukan kita melakukan keduanya dalam keseimbangan?