Salah satu bentuk kerapuhan manusia yang wajar sebagai ciptaan adalah kemungkinan untuk merasa sendiri, tidak diperhatikan, ditinggalkan atau tidak merasa aman. Meminjam bahasa pergaulan yang sedang marak digunakan oleh kalangan muda sekarang adalah, ketika seseorang sedang merasa overwhelm bahkan depressed. Semua itu sangat mungkin dirasakan ketika seseorang berada dalam kondisi yang tidak sesuai harapan atau mengalami banyak permasalahan. Kondisi ini juga dapat diakibatkan oleh tingginya beban kerja maupun beban ekspektasi dari lingkungan terdekat terhadap pribadi yang bersangkutan. Lalu, bagaimana iman kepada TUHAN dapat menolong seseorang yang sedang bergumul di tengah kondisi demikian?
Pemazmur, di dalam ayat 16-23, memberikan sebuah kesaksian mengenai karakteristik TUHAN yang penuh kasih dan kepedulian terhadap orang-orang benar yang mengharapkan-Nya. Melalui gaya bahasa sastra yang intim, pemazmur sedang berusaha menekankan inisiatif TUHAN yang begitu dekat kepada orang-orang benar yang berteriak minta tolong. TUHAN memberikan pandangan yang terfokus kepada hidup setiap orang benar di tengah kemalangan yang mereka alami. Dan, dengan kasih-Nya yang tak berakhir TUHAN pun bersedia mendengarkan setiap jeritan dan patah hati orang benar. Artinya, TUHAN selalu menjadi rekan terdekat, pribadi yang begitu intim dengan setiap orang yang mengandalkan-Nya. Seluruh inisiatif TUHAN inilah yang menjadi jaminan serta bentuk pengharapan bagi umat yang beriman kepada-Nya.
Apabila seorang manusia sedang bergumul dalam ketidakpastian dengan segala tekanan yang ada di dalamnya, maka iman dengan pengharapan di dalam TUHAN menjadi modal untuk melanjutkan jalannya kehidupan. Beriman kepada TUHAN di tengah situasi yang menghadirkan depresi, kesendirian, segala macam kemalangan memang tidak lantas meniadakan itu semua. Namun, melalui iman kita merasakan bahwa kehadiran TUHAN adalah nyata dan menjadi pengalaman yang membangkitkan kekuatan.
Salam Alkitab untuk semua