Di dalam pelariannya, Daud memilih untuk mencari tempat aman bersama Samuel, seorang nabi yang diutus TUHAN untuk memberikan pemberkatan sebagia pemimpin bagi Daud (bdk. 1 Sam. 16). Keputusan itu adalah tepat! Karena kita justru melihat bagaimana kuasa Saul sebagai seorang raja yang berikhtiar untuk membunuh Daud tidak dapat terwujud. Semua itu tidak terjadi karena kuasa Samuel jauh lebih besar dari Saul. Secara khusus, ini bukanlah pertarungan kuasa politis maupun kemiliteran antara Samuel dengan Saul melainkan sebuah pertempuran kuasa Ilahi dan kuasa jahat.
Pada bagian sebelumnya kita telah melihat bahwa Saul dikuasai oleh roh jahat yang membuatnya kembali berikhtiar untuk membunuh Daud. Oleh sebab itu, segala rancangan dan tindakan Saul terhadap Daud merupakan manifestasi kuasa jahat yang ada di dalam diri Saul. Namun, ketiga rancangan yang dilakukan Saul ternyata tidak mempan untuk menembus pertahanan kuasa Ilahi yang ada pada Samuel dan kumpulan nabi. Perkumpulan orang yang bergantung dan dikuasai TUHAN ternyata tidak hanya berdampak pada diri mereka sendiri tetapi dapat menjadi tempat perlindungan bagi orang yang datang kepada mereka.
Hal menarik lainnya adalah di dalam teks Ibrani, kata kumpulan nabi itu ditulis dengan kata yang memiliki padananan kata yang sama dengan ekklesia, kata Yunani Perjanjian Baru untuk menggambarkan gereja. Nampaknya, fakta ini cukup penting untuk kita refleksikan sebagai gereja di masa sekarang, dimana kita semestinya menjadi kumpulan orang percaya yang dapat menjadi ruang aman bagi setiap mereka yang membutuhkan perlindungan. Artinya juga, gereja perlu membangun kepekaan terhadap isu-isu sosial dan membuka diri untuk memberikan perlindungan sebagai manifestasi kuasa Ilahi terhadap dunia. Ingat, bahwa kita adalah kumpulan orang yang semestinya berada dalam dan penuh dengan naungan kuasa TUHAN. Jadi, kiranya kita menjadi kumpulan orang percaya yang menjadi saluran berkat TUHAN, tidak secara eksklusif tetapi terpancar ke seluruh lingkungan kita berada.
AMIN