Kisah ini sudah sangat tragis. Daud dan anak-anaknya mati di medan pertempuran pada hari yang sama. Terlepas dari semua kesalahan dan dosa yang Saul lakukan, secara khusus kepada Daud, kita tetap perlu memberikan penilaian yang objektif atas dirinya. Melalui perikop ini kita melihat sebuah sikap dari pribadi yang penuh harga diri. Saul adalah raja yang tidak membiarkan dan tidak sudi memberikan dirinya untuk mati di tangan para musuh. Baginya lebih berharga untuk mengalami kematian di tangan sendiri, daripada mati di tangan musuh. Meski demikian, kita juga diperhadapkan pada sebuah kondisi yang begitu menyedihkan bagi Saul. Selama ini ia memosisikan diri sebagai penguasa dan pemburu yang seolah-olah memiliki kendali penuh atas hidup orang lain, secara khusus atas pribadi Daud. Namun, sekarang Saul harus mengakhiri hidupnya dengan tangannya sendiri.
Perikop ini sekaligus menjadi penutup perjalanan hidup Saul. Kita juga telah melihat rangkaian narasi sejak permulaan keterlibatan Saul dan perannya sebagai seorang raja Israel, keberdosaannya di hadapan TUHAN, hingga konflik yang ia alami dengan Daud. Pada saat ini kita pun melihat sebuah kisah hidup yang tidak pernah pasti dan penuh dengan kejutan. Kisah hidup Saul telah menjadi contoh sekaligus pengingat akan pentingnya kerendahan hati di hadapan TUHAN dalam menjalani kehidupan. Kita tidak pernah dapat mengendalikan kehidupan sesuka hati apalagi hanya sesuai dengan pertimbagan kita pribadi.
Peristiwa tragis yang terjadi pada diri Saul semestinya menjadi sebuah cermin untuk kita mengevaluasi dan berfleksi di hadapan TUHAN. Kita perlu menyadari bahwa banyak hal yang dapat terjadi di luar kehendak, kekuasaan dan kemampuan kita sebagai seorang manusia. Oleh sebab itu, kerendahan hati dan ketulusan dalam berserah penuh kepada TUHAN adalah elemen mendasar sebagai umat percaya. Melalui sikap-sikap tersebut, berarti kita sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi hari esok yang penuh misteri.