Di zaman modern ini telah lazim orang-orang yang mempertanyakan keberadaan Tuhan. Sebagian besar sampai pada kesimpulan bahwa “tidak ada Tuhan” sementara yang lainnya menganggap “ada atau tidaknya Tuhan bukanlah hal yang penting”. Mungkin kita berpikir bahwa kesimpulan-kesimpulan tersebut hanya ada di negara-negara yang sudah sangat modern, tetapi kalau boleh jujur pertanyaan tersebut seringkali muncul di dalam benak kita sebagai orang beriman. Terutama saat pergumulan hidup menerpa dengan hebat, kita cenderung bertanya, “dimanakah Tuhan?
Inilah yang ditegaskan oleh nabi Yesaya dalam nubuatnya. Allah tidak pernah bersembunyi. Meskipun bangsa Yehuda mengalami kekalahan dan dibuang ke Babel, hal itu bukan berarti kekalahan Allah atas dewa-dewa Babel, melainkan dalam kuasa-Nya Ia mengizinkan pembuangan itu terjadi agar Israel belajar untuk mengandalkan-Nya. Maka saat penyelamatan Allah dinyatakan dan dikabarkan kepada Yehuda, hal itu untuk menegaskan kembali akan kehadiran-Nya. Sayangnya manusia cenderung menginginkan apa yang bisa dibuktikan secara indrawi. Sehingga orang-orang Yehuda banyak yang berpaling kepada berhala-berhala yang dapat mereka lihat bentuk fisiknya. Yesaya justru ingin mengajarkan bahwa Allah jauh melampaui segala sesuatu dan tidak bisa dibatasi oleh apapun juga. Ia adalah yang Maha Kuasa dan tidak pernah meninggalkan umat-Nya.
Sahabat Alkitab, seharusnya pertanyaan yang tepat mungkin bukanlah “apakah ada Tuhan?” Melainkan “sudahkah saya betul-betul merefleksikan keberadaan-Nya?”. Sesungguhnya Ia selalu hadir, tapi terkadang mata batin kita diliputi rupa-rupa keraguan yang menghalangi kita untuk melihat-Nya. Marilah terus bersandar kepada Tuhan dalam segala situasi yang kita alami dalam kehidupan.