Marilah kita mulai renungan hari ini dengan memberikan kritik kepada sebuah cara pandang yang tidak bertanggung-jawab dalam hidup beriman kepada TUHAN, yakni anggapan bahwa kasih TUHAN dapat dimanipulasi! Mungkin ada di antara kita yang bertanya, “Memangnya ada umat yang merasa seperti itu?” Bukankah setiap umat percaya yang berulang kali melakukan dosa, bahkan jatuh pada kesalahan dan dosa yang sama secara berulang-kali menjadi bentuk kenakalan beriman yang berujung pada sebuah tindakan manipulasi terhadap kasih TUHAN? Kita memang telah mengalami bukti betapa kasih TUHAN itu tidak bersyarat, tidak berujung dan tidak akan pernah berakhir. Namun, itu bukan berarti kasih TUHAN dapat dipermainkan.
Kasih TUHAN yang terus mengalir tanpa henti mesti direspons dalam ketegasan dan komitmen iman yang teguh. Inilah yang sedang kita lihat dalam seruan kenabian Yeremia kepada masyarakat di kerajaan Yehuda. TUHAN sudah memperingatkan mereka, berulang kali, agar menghidupi pedoman firman TUHAN serta memegang sumpah dengan setiap hidup bersama-Nya. Namun, kedegilan hati yang terlalu besar telah berujung kepada sikap manipulasi terhadap kasih TUHAN.
Sahabat Alkitab, kita perlu waspada terhadap ‘kenakalan beriman’ yang telah berulang kali kita lakukan, entah sadar apalagi belum sadar. Kasih TUHAN memang tiada syarat dan tak berujung, namun bukan berarti kita dapat mempermainkan kasih itu. Apabila kita merasakan teguran dari Roh Kudus yang berbicara pada diri kita secara personal terhadap sikap maupun kondisi hidup yang sedang kita bangun, maka segeralah respons Ia dengan komitmen untuk berubah serta menuruti firman-Nya. Jangan sampai kita terlalu asyik menikmati teguran dan rasa berdosa tanpa disertai adanya keputusan untuk menuruti firman-Nya. TUHAN memberikan kasih dalam kemuliaan-Nya sehingga sepatutnyalah bagi kita untuk menghidupi kemuliaan itu dalam ketegasan dan kesungguhan.