Mengingat dan Merayakan Kesetiaan Tuhan

Renungan Harian | 14 Maret 2025

Mengingat dan Merayakan Kesetiaan Tuhan

Bayangkan seorang anak kecil yang hampir tenggelam di sungai deras. Ia berteriak minta tolong, tetapi arus semakin kuat menyeretnya. Di saat yang kritis, seseorang melompat ke dalam air dan menariknya ke tepian. Anak itu menangis ketakutan, tetapi juga bersyukur karena nyawanya selamat. Hari-hari berlalu, dan ia mulai melupakan kejadian itu. Namun, orang tuanya tidak ingin ia lupa. Setiap tahun, pada tanggal yang sama, mereka mengadakan perayaan sederhana, sebuah pengingat bahwa ia pernah diselamatkan dan betapa berharganya hidup yang diberikan kepadanya. Begitu pula dengan perayaan Purim bagi umat Yahudi. Mereka pernah berada di ambang kehancuran, tetapi Tuhan membalikkan keadaan. Untuk mengenang kasih setia-Nya, mereka menetapkan Purim sebagai peringatan turun-temurun.


Ester 9:20-32 mencatat bahwa Mordekhai menetapkan perayaan Purim sebagai hari untuk mengenang pembebasan umat Yahudi dari musuh yang hendak memusnahkan mereka. Kata "Purim" berasal dari akar kata "Pur," yang dalam bahasa Babel berarti undian. Dahulu, Haman menggunakan "pur" untuk menentukan hari pembantaian umat Yahudi di seluruh wilayah kekuasaan Raja Ahasweros. Namun, Tuhan membalikkan keadaan. Umat Yahudi selamat, sementara musuh-musuh mereka mengalami kehancuran. Hari yang semula dipenuhi ketakutan berubah menjadi hari perjamuan dan sukacita. Mereka saling berbagi hadiah, memberi kepada orang miskin, serta merayakan pemeliharaan Tuhan yang ajaib.


Perayaan Purim bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga menjadi momen untuk berbagi. Umat Yahudi mengirim hadiah satu sama lain dan membantu mereka yang membutuhkan. Ini merupakan gambaran indah dari kehidupan yang telah disentuh oleh anugerah Tuhan. Ketika kita diselamatkan, sukacita itu tidak seharusnya kita simpan sendiri, melainkan dibagikan kepada sesama. Mordekhai dan Ester memastikan bahwa perayaan ini bukan sekadar peringatan sesaat, melainkan diperingati setiap tahun. Mengapa demikian? Sebab manusia mudah lupa. Kita kerap melupakan pertolongan Tuhan di masa-masa sulit dan kembali merasa takut saat menghadapi tantangan baru, seakan-akan kita belum pernah menyaksikan karya-Nya sebelumnya.


Sahabat Alkitab, mengingat adalah tindakan iman. Sering kali, kita melupakan karya Tuhan dalam hidup kita. Ketika menghadapi kesulitan, kita mudah merasa seolah-olah ditinggalkan oleh-Nya. Namun, jika kita meluangkan waktu untuk merenungkan perjalanan hidup kita, kita akan melihat jejak tangan Tuhan dalam setiap langkah yang telah kita tempuh. Selain itu, kita diajak untuk menjalani hidup dengan penuh rasa syukur dan semangat berbagi. Ketika Tuhan memberikan kemenangan dalam hidup kita, apakah kita hanya menikmatinya sendiri? Ataukah kita menggunakannya sebagai kesempatan untuk menyalurkan berkat kepada orang lain? Seperti umat Yahudi yang merayakan Purim, kita pun dipanggil untuk bersyukur bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga melalui tindakan kasih yang nyata.


Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia