Kesombongan adalah sebuah sikap hidup yang ‘nikmat’ meski menghancurkan. Melalui kesombongan seseorang memiliki kesempatan untuk berlaku sesuka hati dengan mengangkat dirinya setinggi mungkin atas berbagai pencapaian atau segala hal yang ia miliki. Itulah sebabnya, tidak sedikit manusia yang menyukai kesombongan dan tidak sedikit pula yang membencinya. Dan, sebagai umat TUHAN kita tentu perlu mengambil sikap, mempertahankan diri dan berani untuk terus mengevaluasi diri demi menghindari kesombongan, entah di hadapan sesama manusia maupun TUHAN.
Pemazmur, di dalam ayat 35 dan 36 memberikan sebuah kondisi kekuatan dan kegagahan yang bersifat semu yang dimiliki oleh para orang sombong. Itulah sebabnya pada aayt 36 ia berkata, “ketika aku lewat, lenyaplah ia, aku mencarinya, tetapi tidak ditemui.” Pernyataan ini bukan menunjukkan bahwa kekuatan pemazmur jauh lebih besar hingga melenyapkan keberadaan orang fasik yang sombong melainkan sebagai sebuah kesaksian iman tentang kuasa TUHAN yang melemahkan kekuatan mereka. Bagi pemazmur, kekuatan dan kekuasaan orang fasik nan sombong hanyalah semu, sebuah kondisi sementara yang tidak akan bertahan karena mereka tidak hidup dalam jalan yang direstui TUHAN. Justru, orang jujur dan tulus, merekalah yang memiliki masa depan bersama TUHAN.
Sahabat Alkitab, kesombongan merupakan penghalang bagi jaminan dan penyertaan TUHAN dapat terjadi dalam kehidupan kita. Kesaksian pemazmur saat ini semestinya sudah cukup menjadi sebuah peringatan agar setiap umat TUHAN selalu cermat dalam mengevaluasi dirinya di hadapan TUHAN dan membentuk sikap agar tidak masuk ke dalam kesombongan. Kiranya setiap kita tetap memiliki kerendahan hati untuk berlaku tulus dan jujur sebagai wujud kerendahan hati di hadapan TUHAN.
Salam Alkitab untuk semua