Tanah Sinear merupakan lokasi peradaban perdana yang dibangun oleh manusia dalam narasi Alkitab, yakni pada saat keturunan Nuh mulai berkembang menjadi bangsa-bangsa yang mendiami sejumlah wilayah. Lokasi tempat mereka membangun itulah yang pada zaman kuno dikenal sebagai tanah Sinear, yang sering dikaitkan dengan Babilonia. Berdasarkan Kejadian 11 kita dapat menyaksikan bagaimana Babilonia menjadi kota pertama yang dibangun oleh manusia secara spektakuler. sekarang, pada zaman kenabian Zakharia, Babilonia pun menjadi lokasi pembuangan bangsa Israel dan lokasi bagi Nebukadnezar membawa sebagian perlengkapan Rumah Allah seperti yang tertulis pada Daniel 1:2, “Ia membawa semuanya itu ke tanah Sinear, ke rumah dewanya. Perlengkapan-perlengkapan itu ditaruhnya di dalam perbendaharaan dewanya.” Jadi, sudah sangat jelas bahwa penglihatan yang didapatkan oleh nabi Zakharia pada perikop ini merujuk pada perilaku dan tindakan pembuangan yang terjadi di Babel.
Kehadiran perempuan di dalam tempayan dalam pengelihatan Zakharia pun menjadi simbol atas kejahatan yang tertuju pada umat Tuhan. Hal yang perlu kita pahami lebih lanjut terkait pengelihatan ini adalah terdapat dua bentuk pemaknaan terhadap kemunculan tempayan, yaitu: pertama, tempayan diasosiasikan pada pertumbuhan atau kemakmuran; kedua, sebagai tempat penampungan yang kudus atas persembahan yang akan dipersembahkan. Artinya, kehadiran perempuan dalam tempayan yang segera dibawa ke tanah Sinear telah melambangkan kemakmuran kejahatan yang sangat berjaya di Babel. Kemakmurannya tersebut sekaligus mengingatkan betapa seriusnya kekuatan kejahatan yang tidak dapat dipandang remeh. Meski demikian, Tuhan melalui pengelihatan ini sedang menunjukkan bahwa kejahatan itu pun tidak akan bertahan di hadapan-Nya. Malaikat yang menahan perempuan agar tidak keluar dari tempayan itu hingga dibawa ke tanah Sinear merupakan perlambangan atas kekuasaan Tuhan yang mengalahkan kuasa kejahatan.
Sahabat Alkitab, kuasa Tuhan jauh melebihi segala kuasa yang mengisolir kita dari kasih-Nya.Melalui pengelihatan ini, Tuhan mengarahkan pandangan iman umat-Nya atas kemahakuasaan dan gerakan penyelamatan-Nya. Kuasa Babel yang sedang mengungkung bangsa Israel pada masa itu tidak akan mampu bertahan di hadapan kuasa penyelamatan Tuhan. Demikian juga pengelihatan ini tetap berlaku bagi setiap umat Tuhan yang sedang merasa terbelenggu dalam kuasa-kuasa yang justru menghalangi relasinya dengan Tuhan.