Rumah tangga ibarat ruang pelatihan gimnastik yang berisikan banyak peralatan olah raga dan arena pelatihan yang dapat menolong atlet untuk menjadi semakin mahir. Namun, tidak semua orang yang masuk ke dalam ruang tersebut siap untuk mengoptimalkannya secara tepat-guna. Misalnya, bukankah sebuah kesia-siaan ketika seseorang masuk ke dalam ruang gimnastik hanya untuk rebahan apalagi sekadar makan ringan sembari bersenda gurau? Hal ini juga dapat terjadi dalam hidup berumah tangga, yakni ketika sepasang manusia yang tidak siap untuk mengoptimalkan segala potensi yang ada di dalam hubungannya sebagai suami-istri yang dipersatukan oleh kasih TUHAN. Belum lagi, ketidaksiapan mental dan spiritual dari para individu yang berumah tangga akan sangat memengaruhi cara mereka menghadapi beragam tantangan yang dapat terjadi di dalamnya.
Perikop bacaan pada hari ini juga menampilkan salah satu bentuk polemik dalam hidup berumah tangga. Sikap Sarai yang memberikan Hagar kepada Abram untuk melahirkan anak adalah sesuatu yang tidak asing dalam budaya hidup masa itu. Namun, sikap ini justru cukup melawan janji TUHAN yang sebelumnya sudah disampaikan bagi mereka, yakni bahwa Abram dan Sarai akan mendapatkan keturunan kandung. Meski demikian, nampaknya Sarai pun tidak kuat mental dalam menghadapi berbagai tekanan sosial terkait kondisinya yang belum juga dapat mengandung seorang anak bagi Abram. Alhasil, keputusannya yang tidak berpaut pada janji TUHAN pun menimbulkan masalah baru yang juga mengganggu hubungan rumah tangganya dengan Abram. Namun, hal ini tidaklah sepenuhnya pengaruh dari tindakan Sarai karena Abram pun memainkan peranan penting di dalamnya. Sebagai pihak yang secara langsung mendapatkan janji dari TUHAN, semestinya Abram dapat memberikan pengertian sebagai pendampingan bagi Sarai yang sedang goyah mentalnya akibat tekananan terkait persoalan keturunan.
Sahabat Alkitab, pembacaan firman TUHAN pada hari ini menampilkan cuplikan kecil mengenai kondisi sebuah rumah tangga yang sangat membutuhkan.Bahkan, tidak hanya terbatas pada peran suami dan istri, kesiapan hidup sebagai keluarga juga perlu dimiliki oleh setiap individu yang ada di dalamnya. Setiap anggota keluarga perlu memiliki keteguhan iman untuk berpaut pada perkataan TUHAN dan kesigapan untuk saling dukung dalam menghadapi berbagai situasi yang menekan. Hal ini diperlukan demi membangun keluarga yang kompak dan penuh daya iman.