Perikop ini memberikan kita sebuah kesaksian yang menarik tentang nilai sebuah keluarga, secara khusus mengenai pengalaman didikan yang didapatkan oleh mempelai perempuan di dalam rumahnya. Ia sedang membangun harapan agar relasinya dengan mempelai pria terbentuk dengan kehangatan hubungan yang ia rasakan sejak dari keluarga kandungnya. Mempelai perempuan di dalam ayat 1 dan 2 pun menggunakan pengalaman tumbuh-kembangnya selama bersama dengan orang tua dan saudara kandungnya sebagai dasar untuk mengungkapkan antusiasme sekaligus kerinduannya yang sangat besar atas hubungannya dengan si pria.
Sahabat Alkitab, rumah dan keluarga idealnya menjadi ruang paling awal untuk memberikan pengajaran tentang nilai dan karakter yang bertanggung-jawab sebagai seornag manusia. Kesaksian, sukacita dan harapan yang diluapkan oleh mempelai perempuan dalam perikop ini merupakan sedikit hasil didikan yang ia dapatkan dari keluarganya. Ia mendapatkan pembelajaran dan pengalaman nyata tentang kualitas cinta sejak dari lingkungan keluarga. Bahkan, pengalaman mempelai perempuan dalam perikop ini hanyalah sedikit bagian dari banyaknya proses pendidikan keluarga yang dapat kita saksikan. Meski demikian, narasi yang ia bangun dalam syair ini pun sudah cukup memberikan kita sebuah nilai perenungan tentang pentingnya membangun kehidupan berkeluarga dan iklim yang sehat di dalam rumah.
Firman TUHAN yang kita renungkan hari ini telah mengajak kita untuk membangun kehidupan berkeluarga yang berlandaskan nilai-nilai kebenaran firman TUHAN demi menghasilkan iklim di dalam rumah yang sehat bagi setiap individu di dalamnya. Sungguh disayangkan ketika sebuah keluarga umat TUHAN berubah menjadi ‘zona perang’ setiap individu di dalamnya, terlalu banyak konflik yang tidak terselesaikan, terlalu banyak ketersinggungan yang dibiarkan, hingga kesalahpahaman yang semakin ditingkatkan. Tentu saja, kondisi yang demikian tidak akan menghasilkan pengalaman yang mendidik para anggota keluarga secara sehat. Seorang anak yang tumbuh di tengah keluarga yang tidak dipelihara secara sungguh-sungguh akan semakin kesulitan untuk mendapati nilai cinta dan pengalaman kasih yang tulus, meski ada juga anak-anak yang mampu bertumbuh menjadi lebih dewasa di tengah kondisi keluarga yang sulit seperti itu. Namun, tetap saja setiap umat TUHAN tidak dimaksudkan membangun keluarga yang sakit apalagi secara sengaja membawa kehidupan keluarganya ke arah ketidakharmonisan. Kiranya setiap kita mampu membangun komitmen demi terciptanya kehidupan berkeluarga dan iklim yang sehat di dalam rumah.