Paulus dengan penuh keyakinan mengakui bahwa kesanggupan untuk menjadi pelayan dari perjanjian yang baru bukan datang dari dirinya, sebab ia sendiri tidak sanggup, namun kemampuan itu datangnya dari Allah. Ia adalah pelayan dari perjanjian baru, sebuah perjanjian yang tidak bergantung pada usaha manusia menaati hukum, sebab tidak mungkin manusia menaatinya secara sempurna, melainkan perjanjian yang berdasar pada kasih karunia Allah bagi orang berdosa. Kasih karunia yang menyelamatkan. Cahaya cemerlang yang sifatnya kekal lebih cemerlang dari cahaya sebelumnya yang terus memudar.
Sahabat Alkitab, Paulus melihat kekuatan Injil dan kecemerlangannya melebihi dari hukum yang diterima oleh Musa di Gunung Sinai. Perjanjian hukum itu menghasilkan penghukuman, sementara perjanjian baru adalah berita Injil yang menghasilkan pembenaran. Di tengah-tengah orang Yahudi yang begitu membanggakan Taurat yang tidak bisa mereka hidupi secara sempurna, Paulus melihat kemuliaan anugerah Allah dalam Yesus Kristus. Orang-orang menertawakan pembenaran sebagai anugerah Allah namun kita melihatnya sebagai keindahan Allah yang sempurna. Sebab tanpa anugerah kita tidak mungkin diselamatkan.
Jika kita bisa melihat dan menerima anugerah Allah melalui Yesus Kristus, itu pun adalah anugerah sebab banyak orang yang sekalipun telah mendengar dan melihat namun tidak percaya.
Salam Alkitab Untuk Semua