Daftar bacaan Alkitab pada hari ini sangatlah menarik. Pada kedua bagian pada daftar bacaan ini, yaitu ayat 21-22 dan ayat 23-38, keduanya sedang menegaskan status Yesus yang adalah Anak Allah. Perbedanya adalah pada ayat 21-22, penegasan status itu dilakukan langsung oleh Allah di hadapan orang banyak ketika Ia berkata, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihim kepada-Mulah Aku berkenan.” Sedangkan, pada ayat 23-38 penegasan status itu diberikan melalui penelusuran silsilah keluarga dari orang tua Yesus.
Hal menarik lain yang akan kita temui adalah apabila membandingkan silsilah Yesus yang terdapat pada Lukas 3:23-38 dengan silsilah yang tertulis pada Matius 1:1-17, maka akan ditemukan perbedaan daftar silsilah pada keluarga Yesus. Injil Matius pun memberikan daftar silsilah dari urutan yang paling terdahulu ke terkemudian, sedangkan injil Lukas memulinya dari yang palign terkemudian menuju dahulu. Daftar nama di antara kedua silsilah itu pun akan mengalami perbedaan yang sangat kentara sejak nama Daud. Pada injil Matius tertulis nama Salomo, sedangkan pada injil Lukas tertulis nama Natan. Kedua nama itu adalah anak-anak kandung Daud dari Batsyua bin Amiel yang lahir di Yerusalem, seperti yagn tertulis pada 1 Tawarikh 3:5, “inilah yang lahir bagi dia di Yerusalem: Simea, Sobab, Natan dan Salomo, empat orang dari Batsyua binti Amiel” Secara singkat, perbedaan nama keturunan pasca Daud di antara kedua injil ini terjadi karena beda fokus rujukan atau referensi pihak orang tua Yesus.
Lantas, kenapa daftar keturunan itu dibutuhkan untuk menjelaskan asal usul Yesus? Lalu, kenapa injil Lukas mengakhiri silsihal tersebut dengan secara langsung menghubungkan Adam dan Allah? Jawaban singkatnya adalah penulis injil Lukas ingin menunjukkan keintima relasi dan solidaritas Yesus sebagai Anak Allah dengan manusia. Selain itu, daftar itu juga menjadi cara naratif si penulis untuk menggamabrkan pemenuhan nubuatan mesianik yang terjadi pada diri Yesus Kristus bahwa Dialah sang Juruselamat dari keturunan Daud.
Sahabat Alkitab, bacaan firman Tuhan pada hari ini telah menunjukkan kepada kita bahwa Yesus Kristus begitu dekat dengan setiap kita. Dia, sang Anak Allah, tidak berdiam maupun memilih untuk menciptakan jarak dengan dunia. Dia, Yesus Kristus, lebih memilih untuk menghadirkan Diri-Nya secara faktual sehingga dunia dan segala isinya dapat mengalami keberadaan-Nya yang membawa kita semua ke dalam keselamatan yang ada pada Diri-Nya.