Bacaan kita menyajikan dua undangan. Dua undangan itu dari dua pihak yang berbeda sekali. Pertama datang dari Hikmat yang dipersonifikasikan sebagai seorang perempuan bijaksana (1-6). Satunya lagi dari Kebodohan yang seperti perempuan cerewet (ay. 13-17). Hikmat mengundang setiap orang untuk menikmati jamuan yang tersedia. Dalam konteks perjamuan, mereka boleh makan dan minum serta berbagi atau bercerita dengan sang tuan rumah.
Demikianlah orang yang tidak berpengalaman dapat belajar dari Hikmat. Nah, lain halnya dengan Kebodohan. Ia mengundang orang, tetapi sebetulnya tidak punya apa-apa. Apa yang ditawarkannya? “Air curian rasanya manis, dan makan sembunyi-sembunyi lebih enak.” (ay. 17).
Sahabat Alkitab, kita terus menerus digoda oleh berbagai tawaran menarik. Apalagi undangan itu tentang hal-hal yang gampang dan menyenangkan. Manusia dihadapkan dengan banyak pilihan. Namun, di antara opsi yang ada mungkin hanya satu atau dua yang semestinya kita ambil. Tuhan mengundang kita untuk belajar dan bertumbuh. Sering kali proses itu memakan waktu serta melibatkan kesabaran dan keseriusan. Akan tetapi, kelemahan kita: menyenangi kenikmatan dan tidak sabar. Itulah alasannya kita pun mudah jatuh pada pilihan-pilihan yang buruk. Kita terjebak menjadi pribadi yang begitu-begitu saja, tidak menjadi pribadi yang lebih baik. “Air curian” yang dimaksud dalam ayat 17 adalah kenikmatan yang menjauhkan kita dari relasi dengan Tuhan. Tuhan menghendaki kita memilihkan apa yang baik dan benar. Agar dapat bertumbuh, kita harus menerima didikan atau bahkan kecaman dan kritikan. Tuhan memberkati.
Salam Alkitab Untuk Semua