Konsep kudus merupakan salah satu nilai yang selalu melekat dengan kehidupan bangsa Israel kuno sebagai umat TUHAN. Nilai kekudusan ini menjadi bagian yang dapat ditemukan pada banyak peraturan terkait tata cara hidup keseharian dan ritus peribadahan mereka. Salah satu contohnya adalah melalui kehadiran daftar makanan yang najis dan tahir, antara yang dapat dan tidak dapat dikonsumsi oleh umat Israel. Secara lebih rinci, pasal 11 memberikan daftar yang cukup lengkap mengenai daftar hewan dengan segala karakteristiknya masing-masing untuk menolong umat Israel membedakan jenis yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi.
Terdapat penafsiran yang memahami kehadiran konsep makanan najis dan tahir dalam kehidupan bangsa Israel sebagai wujud penegasan akan nilai kekudusan yang perlu dijaga oleh bangsa Israel. Mereka tidak sekadar menghadirkan nilai kudus itu dalam bentuk-bentuk ritus peribadahannya, melainkan juga ke dalam setiap segi kehidupan kesehariannya, termasuk terkait persoalan makanan. Mereka sedang diajar untuk tidak secara asal mengkonsumsi makanan demi menghindari ketidaktahiran terjadi pada diri mereka. Peraturan pola makan ini pun menjadi sebuah metode yang cukup efektif untuk selalu memberikan kesadaran pada diri umat Israel agar terus mengingat nilai kudus dan urgensitas untuk selalu mempertahankan kekudusan tersebut sebagai wujud kedisiplinan iman kepada TUHAN.
Sahabat Alkitab, perikop ini dapat kita maknai sebagai pengingat bahwa sebagai umat TUHAN kita perlu menjaga nilai kudus terwujud di segala bentuk kehidupan. Kita tidak boleh membiarkan diri ini tercemar oleh segala macam sikap hidup yang justru bertentangan dengan firman TUHAN. Persoalannya adalah seringkali, entah sadar maupun tidak sadar, perhatian iman kita justru teralihkan oleh segala macam bentuk kehidupan yang terkesan menggiurkan padahal semakin menjauhkan kita dari kemurnian nilai kudus di hadapan TUHAN. Oleh sebab itu, kita perlu mawas diri dan membangun kehidupan yang penuh kedisiplinan menjaga kekudusan.