Catatan yang muncul pada ayat 6 sangat mungkin disalah artikan oleh pembaca yang memahaminya justru secara negatif dan keliru, apalagi jika digunakan untuk membenarkan tindakan diri yang penuh ‘marah-marah’. Kita perlu memahami terlebih dahulu bahwa pada dasarnya marah merupakan salah satu emosi yang wajar dimiliki oleh manusia. Artinya, memiliki emosi ini bukan serta-merta menjadikan kita salah, meski tidak juga berarti kita harus hidup di dalam amarah secara terus-menerus. Itulah sebabnya, diperlukan penguasaan diri yang baik agar kita juga tidak kalap hingga bertindak dalam kebodohan. Kemudian, kemunculan ayat ini juga menunjukkan adanya otoritas Tuhan yang bekerja di dalam diri Saul sebagai raja Israel. Dengan kata lain, respons pada diri Saul adalah gerakan dari Roh Tuhan yang membawanya bertindak untuk memberikan pembelaan bagi penduduk Yabes-Gilead, umat Tuhan yang telah diperlakukan secara semena-mena.
Sahabat Alkitab, gerakan Roh Tuhan pada diri Saul telah membimbing dan memampukannya bertindak dengan penuh keberanian untuk menghadirkan pertolongan bagi mereka yang membutuhkan, meskipun hal itu berarti Saul harus melawan kuasa yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Tanpa ada Roh Tuhan yang berotoritas melalui dirinya, Saul tidak akan mungkin berani dan sanggup mengambil tindakan yang demikian. Roh Tuhan yang ada pada dirinya itulah yang telah memberikan sensitivitas untuk merasakan penderitaan penduduk Yabes-Gilead hingga ia merasa berkewajiban untuk melakukan tindakan nyata dalam menolong mereka.
Sahabat Alkitab, setiap umat Tuhan yang mengaku hidup sebagai orang percaya dan berada dalam pimpinan Roh Tuhan pun idealnya menghasilkan sikap hidup yang nyata mewujudkan kasih. Seperti Roh Tuhan yang bekerja melalui diri Saul telah menghasilkan tindakan berkat bagi banyak orang, begitu pula lah semestinya hidup dari setiap umat Tuhan terhadap sesamanya. Hal ini berarti kita juga perlu membuka diri untuk sepenuhnya dipimpin oleh Roh Tuhan bekerja melalui diri dan hidup kita. Kemudian, kita pun tidak dapat meninggikan diri atas setiap perbuatan baik yang mampu kita lakukan. Ingatlah, bahwa pada dasarnya kehadiran Roh Tuhan yang bekerja di dalam diri kita telah menghasilkan sensitivitas rasa terhadap kondisi sesama, memanggil dan menuntun kita untuk mewujudkan tindakan kasih secara nyata. Jadi, apakah kita sudah memberikan diri untuk dipimpin Roh Tuhan menghasilkan tindakan kasih bagi sesama?