Melalui tulisan ini, Paulus sedang membangkitkan pemahaman jemaat mengenai peran Hukum Taurat yang idealnya membawa manusia untuk hidup kudus, namun pada saat yang sama juga telah menjadi tantangan bagi manusia itu sendiri. Hal ini terjadi bukan karena Hukum Taurat memiliki sifat buruk, melainkan karena ketidakmampuan manusia dalam memenuhinya. Terdapat standar kualitas yang tinggi dalam Hukum Taurat yang tidak dapat dipenuhi secara asal oleh manusia, sehingga memerlukan upaya yang begitu berat untuk menjalankannya secara tepat.
Pelajaran tentang Hukum Taurat ini merupakan tahapan dari Paulus untuk mengarahkan pemahaman iman jemaat di Roma mengenai peran Roh Kudus dalam hidup umat Tuhan. Namun, sebelum mencapai tahap tersebut, Paulus perlu terlebih dahulu memberikan penjelasan yang lebih khusus mengenai Hukum Taurat agar jemaat tidak lagi mengalami ‘gagal fokus’ sebagai murid Kristus. Kondisi semacam ini marak terjadi di tengah jemaat Kristen yang berlatar belakang Yahudi, dimana mereka sudah sangat akrab dengan tradisi dan pemahaman iman Yudaisme. Paulus tidak ingin jemaat mengalami disorientasi iman dengan menganggap bahwa ‘jalan’ mengalami keselamatan terdapat dalam pemenuhan Hukum Taurat padahal mereka sudah membaktikan diri pengikut Kristus.
Muatan nilai pengajaran Paulus di dalam ayat-ayat ini sebenarnya sangat lugas, yakni pada saat ia menekankan nilai kekudusan Hukum Taurat yang digunakan oleh dosa untuk mendapat kesempatan menghancurkan manusia itu sendiri. Pergumulan mengenai ikatan iman dengan Hukum Taurat mungkin sudah bukan menjadi isu utama dalam kehidupan iman umat Tuhan masa kini, namun tulisan Paulus ini masih sangat relevan untuk kita refleksikan dalam hidup keseharian. Kita perlu mencermati agar tidak menganggap remeh berbagai nilai pengajaran untuk hidup kudus yang justru dapat menjadi celah bagi dosa untuk memanipulasi kita. Bahkan, pada saat seseorang merasa imannya sudah bertumbuh hanya karena ketaatan melakukan beragam ‘kewajiban’ keagamaan, namun lalai untuk mencermati setiap makna dari kegiatan-kegiatan tersebut, maka pada saat itulah celah bagi hadirnya keberdosaan juga dapat semakin terbuka lebar.