Sahabat Alkitab, pengharapan yang kita miliki sebagai umat Allah bukanlah sebuah ide maupun angan-angan belaka, melainkan sebuah semangat yang dikerjakan dalam sukacita karena dasar iman bahwa Allah yang memberikan jaminan. Model berpengharapan seperti itulah yang akan mengubah cara pandang kita dalam menghadapi kenyataan, termasuk berbagai realita kehidupan yang penuh dengan pergumulan maupun luka. Hal ini sangat berpengaruh, tidak hanya terhadap cara kita menjalani hidup personal melainkan juga pada saat kita mengambil keputusan dalam relasi dengan orang lain. Misalnya, orang yang memiliki pengharapan kepada Allah tidak hanya mendapatkan kesukacitaan untuk menghadapi berbagai kenyataan hidupnya tetapi juga menghadirkan kesukacitaan bagi orang lain yang membutuhkannya. Itulah mengapa, wejangan dari Paulus tidak hanya mengarahkan jemaat di kota Roma untuk berpengharapan dan bersukacita demi kepentingan diri sendiri, melainkan juga membagikan kesukacitaan untuk orang-orang lain. Paulus berkata, “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam penderitaan, dan bertekunlah dalam doa! Turutlah menanggung kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!”
Melalui tulisannya tersebut, Paulus tidak sekadar memberikan nilai teologis dari pengharapan sebagai umat Allah melainkan juga menekankan tiga aspek yang perlu mewujud dari iman seorang umat, yakni aspek persekutuan, pelayanan, dan misional. Pengharapan yang didapatkan oleh umat yang bersumber dari Allah merupakan penggerak bagi mereka untuk membangun kehidupan imannya dan kehidupan iman orang lain di sekitarnya. Itulah mengapa, pengharapan yang mereka miliki tidak cukup untuk sekadar dirayakan secara personal, melainkan juga dalam setiap kehidupan komunal. Terdapat tanggung jawab relasional yang perlu diwujudkan oleh setiap umat pada saat merayakan pengharapan, sehingga mereka tidak hanya bertumbuh sendirian melainkan juga sebagai sebuah persekutuan. Pengharapan yang dirayakan bersama-sama itu pula lah yang menjadi penggerak terciptakan kehidupan pelayanan bagi satu sama lain, termasuk penggerak bagi umat untuk menjalankan misi Allah di tengah dunia. Jadi, marilah kita berpengharapan dan merayakannya dalam persekutuan, kesediaan untuk saling melayani dan bergerak keluar untuk menjalani misi Allah di tengah dunia, dimana Allah mengutus kita.