Kematian Musa sebagai orang yang diurapi Tuhan telah menjadi momen berat bagi orang Israel. Tentu saja, kematian Musa dapat memberikan pengaruh yang buruk bagi mentalitas orang Israel dalam melanjutkan perjalanan menuju tanah Kanaan. Namun, Tuhan telah memilih Yosua dan melakukan persiapan yang memadai agar Yosua sanggup melanjutkan tugas kepemimpinan Musa di tengah bangsa Israel. Meski demikian, bagian akhir dari kitab Ulangan ini telah menunjukkan sebuah sikap penghormatan yang besar terhadap Musa. Terlepas dari segala dinamika relasi di antara Musa dan orang Israel sejak awal hingga kematian Musa, orang Israel sangat menghormati Musa sebagai pemimpin bangsa dan nabi yang diutus Tuhan. Catatan ini pun tidaklah bermaksud memuja berlebihan terhadap Musa, melainkan sebagai wujud pengakuan dan penghargaan terhadap peran Musa dalam sejarah bangsa Israel kuno.
Musa adalah contoh seorang manusia yang mau berproses bersama Tuhan. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pemilihan yang dilakukan oleh Tuhan terhadap dirinya tidak serta-merta diterima dengan mudah oleh Musa. Memang pernah terjadi beberapa kali penolakan dari Musa terhadap Tuhan, bahkan Musa pun pernah melakukan dosa yang menjadi penghambat bagi dirinya untuk memasuki tanah perjanjian. Namun, semua itu tidaklah menjadi sikap akhir Musa terhadap Tuhan, melainkan ia terus berproses hingga terus mengalami pertumbuhan relasi, karakter dan kapabilitas dalam menjalankan tugas-tanggung jawabnya dalam memimpin bangsa Israel menuju tanah perjanjian. Semua itu pun diakhiri dengan baik, yakni pada saat Musa mengalami kematian di penghujung perjalanan bangsa Israel sebelum memasuki wilayah tanah perjanjian yang sudah lama dituju.
Sahabat Alkitab, pengakuan dari orang Israel terhadap Musa memanglah besar, namun hal itu adalah hasil dari kesetiaannya berproses bersama Tuhan. Musa tidak meninggalkan Tuhan di sepanjang proses yang rumit itu. Musa juga tidaklah mencari status dan pengaruh dalam perjalanan proses tersebut. Oleh sebab itu, sungguh disayangkan jika seseorang lebih dahulu memetingkan pengakuan dibanding upaya yang dapat ia lakukan. Salah satu hambatan bagi seseorang menjalani perannya secara efektif adalah karena ia lebih dulu menempatkan kepuasaan egonya dibanding tanggung jawab dan kesetiaan dalam berproses. Padahal, Musa hanya menjalani proses tersebut dalam kesetiaan kepada Tuhan tanpa mencari pemenuhan egonya di atas peran Tuhan.