Seperti yang kita ketahui melalui catatan-catatan kisah perjalanan orang Israel sejak keluar dari tanah Mesir dibawah kepemimpinan Musa, orang Israel memang sering melakukan banyak perkara sulit bagi Musa. Mereka tidak hanya sekali melakukan pembangkangan terhadap Musa maupun Tuhan. Artinya, hal ini pun sangat mungkin dilakukan terhadap Yosua sebagai pengganti Musa. Apalagi, memang tidak ada jaminan kepastian bahwa orang Israel tidak akan melakukan hal serupa kepada Yosua. Namun, hal itu tidak lantas dapat dibiarkan menghancurkan semangat dan mentalitas Yosua dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
Tuhan ingin Yosua menguatkan hatinya untuk menghadapi segala kemungkinan buruk yang mungkin saja ia terima, tidak hanya dari musuh bangsa Israel tetapi juga dari orang Israel itu sendiri. Kemudian, Tuhan juga mengingatkan Yosua agar tidak bertindak sembarangan dalam merespons segala situasi-kondisi yang akan muncul dalam proses kepemimpinannya kelak. Keteguhan hati dan kewaspadaan dalam bertindak ini pun diperlukan agar Yosua tetap sanggup berpikir jernih, tidak terbawa perasaan, dan mampu mengambil pertimbangan yang tepat bagi bangsa tersebut. Hal ini sangat penting karena Yosua memiliki porsi tanggung jawab yang sangat berpengaruh terhadap masa depan bangsa Israel itu sendiri.
Sahabat Alkitab, teks firman ini telah menghantarkan kita pada sebuah permenungan bahwa menjadi seorang yang dipilih Tuhan pun tidak serta-merta melepaskan kita dari segala kemungkinan realitas hidup yang sulit dan menantang. Namun, inilah kenikmatan hidup dalam penyertaan Tuhan bahwa setiap upaya untuk menguatkan hati dan menjaga kesehatan dalam bertindak tidaklah kita lakukan dengan kekuatan sendiri, melainkan dengan kekuatan yang berasal dari Tuhan. Seperti perkataan Tuhan kepada Yosua, demikian Ia juga menenangkan kita melalui firman-Nya bahwa “Janganlah gentar dan kecut hatimu, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.”