Perikop ini telah menunjukkan sebuah situasi yang begitu mencekam bagi bangsa Israel. Bayangkan saja, satu bangsa terdiam kaku dalam gemetar menghadapi satu orang yang mewakili bangsa lawannya. Goliat, si pahlawan dari bangsa Filistin, mengeluarkan banyak kata tantangan yang merendahkan terhadap bangsa Israel. Mental satu orang ternyata mampu menghancurkan mental seluruh orang Israel yang hadir di medan pertempuran pada saat itu. Bahkan, Saul, sang raja yang sudah terbukti memiliki keberanian dan prestasi dalam peperangan pun tidak sanggup berdiri dengan tegap menghadapi Goliat. Ia lebih memilih diam bersama seluruh pasukannya yang juga sudah kelu akibat tantangan dari Goliat.
Kondisi yang tergambarkan dalam perikop ini sebenarnya sangatlah masuk akal dan dapat dipahami, khususnya jika kita mempertimbagnkan teguran serta pesan kenabian dari Samuel kepada Saul yang sudah muncul pada pasal 15. Pesan dari Tuhan yang disampaikan oleh sang nabi bahwa Tuhan sudah tidak lagi berkenan kepadanya memang benar-benar berdampak besar terhadap Saul. Ia telah kehilangan keberaniannya dalam menjalankan peran sebagai pemimpin bangsa Israel sehingga Saul memilih untuk berdiam di hadapan tantangan seorang Goliat. Besar kemungkinan karena Saul menyadari bahwa Tuhan tidak lagi menyertainya, sehingga peperangan yang sedang ia jalani pada saat itu hanya mengandalkan kekuatannya sendiri dan Saul menyadari bahwa hal tersebut adalah sebuah bencana baginya. Mentalitas yang hancur itu pun tidak hanya terjadi pada diri Saul, melainkan juga mempengaruhi seluruh rakyat yang dipimpinnya.
Sahabat Alkitab, permenungan ini telah menjadi bukti naratif bahwa penyertaan Tuhan dan keyakinan bahwa kita menjalani hidup dalam kehendak-Nya sangat mempengaruhi setiap langkah kehidupan yang kita jalani. Hal ini bukanlah sebuah pengajaran klise, apalagi sekadar pemanis bagi hidup seorang umat Tuhan. Justru, memiliki iman bahwa Tuhan menyertai kita dan keyakinan bahwa kita berjalan bersama Tuhan sangat mempengaruhi mentalitas, cara pandang, sikap, dan kesiapan kita dalam menjalani kenyataan hidup. Bahkan, di tengah kesulitan sekalipun seorang umat yang memiliki iman di dalam Tuhan tetap dimampukan untuk menjalani proses hidupnya, bukan justru kelu di hadapan tantangan.