Pengambilan keputusan memang harus dilakukan dengan cepat. Apalagi bila melibatkan hal-hal krusial yang terjadi dalam hidup kita. Namun selain kecepatan pengambilan keputusan sesungguhnya ketepatan dan kecermatan dalam proses tersebut tidak boleh ditinggalkan. Kombinasi dari tiga hal tersebut yang membuat sebuah keputusan menjadi bernilai dan tetap tepat sasaran menjawab persoalan. Situasi inilah yang hendak kita pelajari melalui bacaan kita saat ini.
Kedatangan Adonia menimbulkan pertanyaan bagi Batsyeba, apakah kedatangannya memiliki maksud baik atau ada tujuan lain. Pertanyaan yang mengarah pada kecurigaan ini nampak wajar, mengingat beberapa waktu yang lalu Adonia gagal meneruskan tahta Daud. Adonia sudah lama berambisi untuk menjadi raja dan Batsyeba menjadi salah satu orang yang terlibat dalam penyebab kegagalannya dengan mengingatkan Daud tentang janjinya mengangkat Salomo sebagai penerus tahta. Namun Adonia berusaha untuk meyakinkan Batsyeba bahwa kunjungannya hanya untuk meminta bantuan. Bantuan yang dimaksud adalah dengan meminta Batsyeba menyampaikan kepada Salomo, untuk mengizinkannya menikahi Abisag, selir dari raja Daud. Dalam 1 Raja-raja 1: 3-4 disebutkan bahwa Abisag merupakan gadis muda yang memiliki paras cantik, tetapi kita dapat menduga bahwa Adonia menginginkan lebih dari kecantikan Abisag. Tindakan Adonia ini serupa dengan yang pernah dilakukan oleh kakaknya, Absalom. Absalom melakukan pemberontakan dengan mengambil selir-selir raja Daud. Perilaku demikian biasa dipraktekkan oleh kerajaan-kerajaan di sekitar Israel masa itu, yaitu seorang raja baru akan mengambil segala kepemilikan raja terdahulu, termasuk selir-selirnya. Selain itu jika ditinjau dari hukum Taurat, keinginan Adonia yang mengambil selir ayahnya untuk dijadikan istri merupakan sebuah pelanggaran. Hal ini dapat kita lihat dalam kitab Ulangan 22: 30, yang mengatakan “Seorang laki-laki tidak boleh mengambil istri ayahnya ataupun menyingkapkan ujung kain ayahnya”. Jika keinginan Adonia ini dituruti maka yang melanggar hukum Taurat bukan hanya Adonia. Raja Salomo juga menjadi pelanggar karena persetujuan atas permintaan Adonia berdasarkan keputusannya. Situasi ini dapat merusak citra raja Salomo sebagai pemimpin kerajaan yang seharusnya menjunjung tinggi hukum Taurat. Namun kemungkinan-kemungkinan demikian sepertinya tidak disadari oleh Batsyeba. Terbukti bahwa Batsyeba langsung mengiyakan permintaan Adonia ini tanpa kecurigaan sedikitpun. Mungkin ia merasa bersalah dan kasihan kepada Adonia, sehingga menurut Batsyeba kekecewaan Adonia karena gagal menjadi raja dapat sedikit terobati ketika Abisag menjadi miliknya.
Sahabat Alkitab, terlepas dari niat baik yang mungkin terkandung dalam keputusan kita, sesungguhnya apapun yang kita putuskan harus dipertimbangkan masak-masak. Mempertimbangkan berbagai aspek. Maksud Batsyeba mungkin baik saat ia berniat untuk mengiyakan permintaan Adonia, tetapi ia kurang mempertimbangkan berbagai situasi yang mungkin lahir sebagai konsekuensi dari keputusannya. Bukankah kita juga sering berlaku seperti Batsyeba? Maksud hati ingin bergerak cepat membuat keputusan dalam situasi-situasi yang pelik, tetapi sayangnya kita kurang mampu melihat secara holistik persoalan tersebut. Marilah memohon hikmatNya agar kita diberikan kejernihan hati sebelum mengambil keputusan-keputusan dalam hidup kita.