Tanpa bermaksud merendahkan atau menyudutkan suku tertentu, namun terdapat semacam stereotipe di tengah masyarakat terkait cara komunikasi berdasarkan kesukuannya. Ada suku tertentu yang dianggap cenderung kasar dalam berbicara, meskipun tidak ada niatan personal untuk membentak rekan bicaranya. Ada juga suku tertentu yang dianggap terlalu lembut dalam berkomunikasi, bahkan terlalu lembut untuk mengutarakan sebuah kritik hingga dinilai menimbulkan kebingungan pada rekan bicaranya sendiri. Tentu saja, pemahaman semacam ini merupakan bentuk stereotipe yang tidak dapat dianggap sebagai kebenaran untuk menggeneralisasikan kelompok-kelompok masyarakat yang ada.\
Keunikan cara tiap individu dalam berkomunikasi memanglah tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kultur masyarakat dan lingkungan di mana ia hidup. Namun, terdapat sebuah pedoman nilai universal yang tidak semestinya dianggap remeh oleh manusia, yakni ucapan yang membangun dalam kasih. Tidak sedikit orang yang gemar menggunakan mulutnya untuk menghasilkan perkataan kasar yang menjatuhkan dalam kebencian dibanding perkataan yang menghargai dengan kelemahlembutan. Kualitas perkataan seperti ini pun tidak akan menemui hambatan, termasuk oleh stereotipe-stereotipe dalam masyarakat terkait cara komunikasi kelompok-kelompok tertentu. Secara khusus, kualitas perkataan yang lemah lembut dalam kasih sejati semestinya menjadi cara komunikasi yang konkret dari setiap umat Tuhan.
Penyair Amsal sudah dengan tegas menunjukkan bahwa kualitas perkataan dari setiap umat Tuhan semestinya menghadirkan kelemahlembutan yang membangun, bukannya menjatuhkan orang lain dalam kebencian maupun keirihatian. Oleh sebab itu, sudah selayaknya bagi kita untuk mengevaluasi setiap bentuk perkataan yang kita sampaikan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Begitu juga kita perlu menilai ulang cara kita dalam berkomunikasi dan menyampaikan intensi kepada orang lain. Kita perlu menyadari bahwa cara dan dampak dari komunikasi yang kita bangun dalam relasi dengan orang lain juga menjadi cara konkret untuk memuliakan serta mempersaksikan kasih Tuhan yang meneduhkan.