Kesombongan yang menetap dalam diri manusia tidak pernah berdiri sendiri, melainkan melibatkan pola pikir dan cara pandang seseorang yang sering kali mencoba menempatkan seseorang sebagai pihak yang lebih rendah dari dirinya. Artinya, masalah kesombongan juga merupakan masalah yang berkenaan dengan penghayatan relasi dengan Tuhan, karena Tuhan yang menjadi pencipta atas seluruh manusia tidak menghendaki sesama ciptaan-Nya yang sebenarnya setara itu untuk saling merendahkan dengan memelihara kesombongan.
Inilah yang terjadi pada Edom, mereka merasa lebih tinggi dari Israel yang saat itu telah berada di ujung kehancurannya. Secara garis leluhur kedua bangsa ini sesungguhnya bersaudara, Israel dari keturunan Yakub sementara Edom berasal dari keturunan Esau. Namun sayangnya keterikatan historis itu tidak menghasilkan empati dan kepedulian pada bangsa itu. Alih-alih menolong Israel, mereka justru memanfaatkan detik-detik kehancuran Israel untuk merebut tanah mereka. Dalam situasi itulah Allah mengingatkan Edom bahwa Allah tidak pernah memalingkan pandangannya dari Israel. Bangsa itu memang dikalahkan Babel, tetapi semua itu terjadi atas seizin Allah. Edom ditegur karena perlakuannya terhadap Israel mengandaikan merekalah yang memiliki tanah Israel dan merasa lebih berkuasa atas Israel, padahal semuanya adalah milik Allah. Tidak ada satupun manusia yang pantas meninggikan diri di hadapan Allah.
Sahabat Alkitab, mentalitas bangsa Edom kadangkala juga merasuk ke dalam hati kita masing-masing. Tanpa sadar kita terjebak pada hierarki yang diciptakan oleh peradaban modern berdasarkan status, harta/kekayaan, dan jabatan. Mereka yang kaya seolah-olah berhak merasa lebih tinggi dari mereka yang berkekurangan. Seorang atasan dapat berlaku sewenang-wenang pada bawahannya hanya karena statusnya sebagai seorang pimpinan, dan masih banyak contoh lainnya. Hari ini kita diingatkan untuk merendahkan hati di hadapan Allah. Kesombongan bukanlah sesuatu yang dapat kita miliki, karena sesungguhnya semua alasan kesombongan kita, seperti harta, jabatan, kekuasaan, merupakan milik Allah semata. Marilah memperlakukan sesama manusia dengan penuh penghormatan tanpa memandang mereka berdasarkan hal-hal eksternal lainnya.