Seseorang yang pernah mengalami luka dan kegagalan dalam hidupnya, kemungkinan besar akan memiliki cara pandang yang berbeda terhadap dunia. Mungkin mereka memiliki semacam krisis kepercayaan terhadap diri sendiri, yakni, apakah mereka dapat bangkit dari kegagalan dan memulai segala sesuatunya dari awal dengan baik? Jika ia tidak mampu mengatasi krisis itu dan membangun mentalitas yang benar, bukan tidak mungkin ia akan menjadi semakin terpuruk. Inilah yang hendak kita refleksikan dari teks pada saat ini.
Marilah kita bayangkan perasaan bangsa Yehuda, mengalami kekalahan dalam perang merupakan sebuah penderitaan yang berat. Apalagi jika ditambah pembuangan ke negeri Babel sebagai konsekuensi dari kekalahan tersebut. Harta yang hilang, kehidupan yang tercabik-cabik, serta mental yang hancur menjadi tantangan bagi bangsa tersebut. Mungkin untuk bermimpi kembali ke tanah air saja mereka tidak berani. Di tengah situasi tersebut Allah menyatakan penghiburannya melalui nabi Yehezkiel. Suatu saat penderitaan ini akan berakhir dan umat dapat kembali pulang ke tanah air mereka. Allah memberikan bukti atas janji tersebut dengan mengingatkan bahwa tanah yang mereka diami turun-temurun merupakan miliknya yang diberikan kepada umat atas dasar perjanjian kepada bapa-bapa leluhur Israel. Jika tanah itu adalah miliknya maka sudah sepantasnya bila Sang pemilik yang berhak menentukan siapa yang berhak menempati tanah-Nya. Itu sebabnya pada ayat 5 Allah berjanji untuk menghalau dan mengusir bangsa-bangsa lain yang menempati tanah Israel. Janji akan tanah ini menjadi penting karena tanah dalam pemahaman umat pada masa itu bukan hanya bicara soal benda atau materi, melainkan menggambarkan kehidupan itu sendiri.
Sahabat Alkitab, janganlah takut untuk memulai kembali dan bangkit dari kegagalan yang kita alami. Sesungguhnya Allah adalah pencipta dan penguasa segala sesuatu. Tidak ada satupun di muka bumi ini yang bukan miliknya, termasuk kehidupan kita. Jangan kuatir karena Allah pasti akan menyediakan segala sesuatunya dengan baik. Tetaplah menaruh iman dan pengharapan kepada Allah Sang Pemilik Kehidupan.