Pernahkah kita berada pada situasi takut dan cemas luar biasa? Mungkin karena masalah-masalah kita, ancaman yang datang terhadap keselamatan kita, atau mungkin persoalan-persoalan lainnya. Respon orang dalam menghadapi situasi tersebut berbeda-beda. Namun yang pasti Tuhan mengundang kita untuk berseru kepada-Nya, mengungkapkan segala keluh kesah pada Tuhan. Itulah tanda kemurahan hati-Nya bagi kita ciptaan Tuhan yang penuh dengan keterbatasan ini.
Pemazmur memulai syairnya pada pasal 55 dengan mengajukan permohonan kepada Allah. Dalam ayat 2-3 nampak keputusasaan pemazmur atas apa yang terjadi di kehidupannya dengan lugas ia berkata, “Perhatikanlah aku dan jawablah aku! Aku gelisah dalam keluh kesa.”. Apakah yang terjadi? Rupanya ia terdesak dan tertimpa kemalangan karena orang-orang yang berniat buruk terhadapnya. Musuh-musuh mengepungnya dan orang fasik mencoba untuk memanfaatkan situasi tersebut demi keuntungannya sendiri. Maut seolah-olah semakin mendekat dan mengancam jiwanya. Kekacauan itu hanya dapat diredakan dengan menemukan tempat perlindungan yang tepat. Ia hendak menemukan tempat yang tenang. Ia mengajak kita untuk menemukan makna tersirat dibalik pernyataan tersebut. Siapakah tempat perlindungan itu? Dimanakah manusia akan menemukan ketenangan? Tentu saja di dalam Tuhan sang pemilik kehidupan.
Hari ini kita diingatkan untuk tanpa ragu berseru dan memohon pertolongan kepada-Nya. Jujurlah terhadap diri kita sendiri atas apa yang sedang dialami terutama jika kita memang tengah berada dalam pergumulan yang teramat berat. Ia pasti akan mendengarkan seruan minta tolong umat-Nya. Tuhan adalah tempat perlindungan serta sumber ketenangan kita.