“Apa itu kasih?”, mungkin menjadi sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab bagi sebagian besar dari kita. Bisa saja hal itu terjadi karena kita membayangkan kasih sebagai suatu konsep yang abstrak dan jauh dari realitas kehidupan sehari-hari. Pada hari ini kita akan melihat bagaimana Paulus mencoba untuk menjelaskan kasih dengan konkret bahkan mengaitkannya dengan tugas perutusan kita sebagai seorang Kristen.
Kasih adalah realitas baru yang harus dimiliki oleh seorang Kristen saat ia telah mengalami penebusan Kristus. Hal tersebut mendasari seseorang dalam melakukan segala sesuatu termasuk dalam berelasi dengan orang lain. Pertama-tama seseorang harus belajar untuk mengasihi orang lain. Bahkan ia menjelaskan bahwa kasih itulah hakikat atau intisari dari hukum Taurat. Segala perbuatan yang dilarang dalam Taurat seperti jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini, dan sebagainya akan dapat teratasi saat seseorang betul betul mengamalkan kasih terhadap sesama manusia seperti ia mengasihi dirinya sendiri.
Dengan demikian pengejawantahan kasih terjadi lewat dinamika kehidupan serta relasi yang tercipta dalam hidup sehari-hari. Jangan menunda-nunda untuk merealisasikan kasih karena kesudahan segala sesuatu semakin mendekat. Tanggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mencerminkan identitas pengikut Kristus. Perbuatan gelap diganti dengan mengenakan perlengkapan senjata terang, demikian kata Paulus untuk menegaskan tindakan aktif mewujudkan kasih yang seharusnya diwujudkan oleh segenap umat percaya. Pada bagian akhir perikop ini Paulus kembali mengingatkan jemaat untuk memakai tubuh mereka sebagai sarana untuk memuliakan Allah dan bukan sebaliknya.
Dalam dunia yang dirundung rasa curiga, konflik tak berkesudahan, dan kebencian ini, rasanya nasehat Paulus di atas menjadi sangat relevan. Kita dipanggil untuk menjadi etalase kasih dan tindak tanduk Allah terhadap dunia. Sayangnya seringkali orang Kristen begitu fasih membicarakan kasih, tetapi gagap dalam mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka kiranya Ia sendiri yang menuntun kita untuk menjadi pewarta kasih dan damai sejahtera Allah dimanapun kita berada.