Karya penyelamatan Allah dalam Yesus memang berpusat pada salib dan kebangkitan-Nya. Namun sesungguhnya pesan dan pengajaran Allah melalui Yesus telah terjadi dari semula bahkan sejak masa awal kehidupanNya. Menariknya yang terlibat dalam penyampaian pesan ini tidak hanya Yesus semata, melainkan juga Maria bahkan Yusuf. Mulai dari nilai-nilai mengenai ketaatan hingga kerendahan hati. Sebagaimana yang dapat kita saksikan pada teks kali ini.
Suatu ketika Allah berkata kepada Yusuf, "Bangunlah, ambil Anak itu serta ibunya dan berangkatlah ke tanah Israel". Yusuf yang dikenal dengan ketaatannya, segera mengikuti perintah ini. Namun setelah mendengar bahwa Archelaus, anak Herodes yang berkuasa di Yudea, Yusuf merasa takut untuk kembali ke sana. Archelaus dikenal sebagai penguasa yang kejam dan tidak kompeten. Oleh karena itu, Tuhan memberikan petunjuk kepada Yusuf untuk menghindari wilayah Yudea dan menuju ke daerah Galilea. Yusuf, dengan bimbingan Tuhan, memilih untuk menetap di sebuah kota di Galilea yang bernama Nazaret. Kota ini merupakan tempat kelahiran Maria dan mungkin juga Yusuf. Matius 2:23 menekankan bahwa dengan tinggal di Nazaret, Yesus memenuhi nubuat yang mengatakan bahwa "Ia akan disebut seorang Nazaret." Beberapa penafsir berpandangan bahwa Matius mengacu pada Yesaya 11:1, yang menggambarkan Mesias sebagai “sebatang tunas” yang muncul dari akar Isai. Kata “tunas” dalam bahasa Ibrani (neser) mirip dengan "Nazir," yang berarti sesuatu yang terpencil atau rendah.
Satu hal yang pasti ialah Nazaret merupakan sebuah kota yang tidak dikenal luas dan bahkan dianggap rendah. Disinilah Yesus akan menghabiskan masa muda-Nya. Maka semakin nampaklah profil diri Sang Mesias. Ia tidak datang dalam kemegahan maupun tumbuh dalam lingkungan yang mentereng sebagaimana lazimnya para raja saat itu. Melainkan Ia lahir dengan sederhana, tumbuh dalam tempat yang jauh dari kata gegap gempita kota, untuk menunjukkan solidaritas Allah terhadap umat-Nya. Kerendahan hati tidak menjadi kata-kata manis yang diajarkan-Nya kelak, melainkan telah dihidupi-Nya sejak semula.
Sahabat Alkitab, melalui dinamika kelahiran dan masa-masa awal kehidupan Yesus kita melihat maksud Allah yang sudah dinyatakan dengan begitu jelas. Ia lahir dalam rupa manusia, tidak dalam kemegahan atau segala keistimewaan. Allah hendak menunjukkan belarasa-Nya terhadap segenap penderitaan serta gumul juang sehari-hari manusia di dunia. Yesus mengidentifikasikan diri-Nya seperti orang-orang yang kelak akan dilayani-Nya. Hanya orang yang pernah merasakan derita dapat berempati dengan utuh kepada mereka yang sedang menderita.