Kadangkala dalam menghadapi krisis, kita harus melalui jalan yang berliku dan penuh dengan hal-hal yang diluar kebiasaan sehingga membuat kita tidak nyaman. Namun sebagai orang percaya sudah sepantasnya jika kita belajar untuk taat atas apa yang Tuhan tunjukkan kepada kita.
Bayangkanlah perasaan Yusuf dan Maria yang harus membawa anaknya untuk pergi mengungsi ke Mesir. Perintah untuk mengungsi ini pada mulanya disampaikan Allah melalui malaikat-Nya kepada Yusuf. Perjalanan ke Mesir pada masa itu tidaklah mudah, ada banyak tantangan dalam perjalanan tersebut. Menariknya Yusuf memilih untuk taat kepada Allah. Rupanya tindakan Yusuf ini juga menggenapi nubuat dari Hosea 11:1, “Dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.” Seperti Israel yang dipanggil keluar dari Mesir, demikian pula Yesus, Anak Allah, dipanggil untuk kembali dari Mesir, mengukuhkan peran-Nya sebagai penyelamat bagi umat manusia.
Keputusan untuk menaati Allah tidak pernah salah, terbukti pada babak berikutnya kita melihat kemarahan Herodes yang merasa ditipu oleh orang-orang majus dengan mengeluarkan perintah pembantaian semua anak laki-laki di Betlehem yang berusia dua tahun ke bawah (Matius 2:16). Sebuah keputusan irasional yang dilatarbelakangi ketakutan Herodes. Mengapa peristiwa menyedihkan ini harus terjadi? Kita harus melihatnya dengan mengaitkan pada Yeremia 31:15: "Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang memilukan: Rahel menangisi anak-anaknya, Ia tidak mau dihibur perihal anak-anaknya, sebab mereka sudah tiada." Dalam konteks aslinya, nubuat ini menggambarkan ratapan para ibu Israel selama penawanan Babel. Namun Matius melihat bahwa nubuat ini kembali digenapi dalam tragedi Betlehem. Rahel, yang dianggap sebagai ibu Israel, menjadi simbol para ibu yang kehilangan anak-anak mereka dalam peristiwa tersebut. Kesedihan yang mendalam ini memperlihatkan penderitaan manusia akibat kejahatan dan ketakutan yang melingkupi dunia saat itu.
Sahabat Alkitab, Kisah pelarian ke Mesir dan pembantaian di Betlehem memberikan pelajaran penting bagi orang percaya. Pertama, ketaatan Yusuf menunjukkan bahwa iman membutuhkan tindakan yang cepat dan tegas dalam menghadapi ancaman. Kedua, tragedi Betlehem mengingatkan kita bahwa kejahatan seringkali berusaha menghancurkan karya Allah, tetapi rencana-Nya tetap akan digenapi. Peristiwa ini juga mengingatkan bahwa bahkan dalam penderitaan dan kehilangan, Allah tetap hadir dan bekerja. Kelahiran Yesus di tengah ancaman dan kekacauan dunia membuktikan akan adanya harapan dan keselamatan bagi semua manusia.
Meskipun dalam kehidupan sehari-hari kita mendapati bahwa menaati Allah memang tidaklah mudah, tetapi disinilah letak iman kita kepada-Nya. Iman itu memampukan kita untuk berpegang pada pengharapan dan keyakinan bahwa Allah pasti menghadirkan yang baik. Sebagaimana Yusuf yang memilih menaati Allah terlepas dari segala hal yang menghadangnya. Pada akhirnya keputusan menaati Allah tidak pernah salah.