Penggalan lagu sekolah minggu berikut sungguh menarik: “Mengikut Yesus keputusanku, mengikut Yesus keputusanku, ku tak gentar, ku tak gentar.” Mengikuti Yesus seumur hidup adalah keniscayaan bagi kita umat-Nya, tetapi kenapa harus ada pernyataan “ku tak gentar”? Apakah ada dalam proses mengikuti-Nya hal-hal yang dapat membuat kita gentar? Tentu saja ada bahkan sering kita jumpai dalam peziarahan iman kita. Menjadi murid-Nya dan mengikuti teladan-Nya adalah sebuah proses yang berliku. Apalagi bila perjalanan dalam mengikuti-Nya tersebut harus membawa kita kepada proses penyangkalan diri senantiasa. Maka pada akhirnya dibutuhkan keteguhan hati untuk tetap dapat mengikuti-Nya seumur hidup kita.
Mari kita mencermati teks pada saat ini, bertolak dari ayat 19 saat seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, “Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Pertanyaan ini diungkapkan saat Yesus hendak bertolak ke seberang. Kata “seberang” dalam pemahaman orang-orang saat itu merujuk kepada wilayah bukan kaum Israel. Pelayanan-Nya menjangkau semua orang bahkan kepada mereka yang termasuk bukan kaum Israel. Hal tersebut membawa pada kemungkinan dan tantangan yang tidak terbatas. Bukan sambutan hangat yang seringkali diterima, melainkan penolakan dan aneka ragam ketidaknyamanan lainnya. Sementara harus diakui bahwa selama ini orang yang mengikuti Yesus kemana-mana hanyalah kerumunan yang terpaku pada mukjizat-Nya bahkan hendak mengalaminya sendiri. Apakah mereka betul-betul akan mengikuti-Nya jika berbagai tantangan yang akan mereka temui?
Itulah yang menjadi respon Yesus terhadap pertanyaan ahli Taurat. Mengikut Yesus berarti keteguhan untuk meninggalkan kemelekatan duniawi dengan cara mengabdikan diri sepenuhnya kepada Yesus yang bahkan tidak punya tempat untuk bernaung. Orang lain kemudian memohon izin kepada Yesus untuk menguburkan ayahnya terlebih dahulu sebelum mengikuti-Nya. Pada masa itu memang proses penguburan terdiri dari beberapa tahap sebagai bagian dari adat istiadat masa itu. Terhadap pertanyaan tersebut Yesus justru merespon dengan menyampaikan sebuah tantangan bahwa setiap orang yang mengikuti-Nya harus mengutamakan kehendak-Nya saja. Bahkan mengikut Yesus tidak boleh ditunda karena alasan apapun. Kehendak-Nya ada pada urutan yang pertama dan terutama.
Siapkah kita untuk benar-benar mengikuti-Nya? Inilah yang seharusnya menjadi perenungan kita saat ini. Kadangkala hati kita masih mendua. Pada satu sisi kita ingin mengikuti-Nya sepenuh hati, tetapi pada sisi yang lain kita masih sering tergoda kepada pilihan-pilihan hidup yang bertentangan dengan kehendak-Nya. Maka marilah sekali lagi kita teguhkan komitmen kepada-Nya. Mengikut Tuhan adalah bagian dari komitmen seumur hidup yang selalu disegarkan kembali melalui rangkaian proses seumur hidup kita. Maka kiranya Roh Kudus membantu kita untuk senantiasa mengikut Tuhan dalam seluruh keberadaan kita dan dinamika hidup yang dialami setiap hari.