Manusia memiliki kecenderungan untuk tampak hebat di hadapan sesamanya. Sesuatu yang menjadi kelemahan dan keterbatasan kita akan ditutupi sedemikian rupa agar orang lain tidak mengetahuinya. Akibatnya kita sering terjatuh kepada upaya-upaya manipulatif untuk menutupi kelemahan kita. Jika itu yang terjadi maka diri seseorang bukan lagi menjadi dirinya yang otentik. Tuhan menyediakan pembebasan dari situasi tersebut. Tidak ada seorangpun yang dapat menutupi kelemahan dirinya di hadapan Tuhan. Ia mengetahui segala sesuatu tentang kita, bahkan hal yang tersembunyi sekalipun.
Pada saat ini kita melihat sebuah kisah yang sungguh menarik. Yesus dan rombongannya tiba di rumah Petrus. Setibanya disana Yesus digambarkan mengetahui betul kondisi ibu mertua Petrus. Saat itu ia sedang sakit demam. Tuhan pun menyembuhkannya. Tidak hanya itu, Tuhan Yesus juga memulihkan banyak orang yang dibawa ke hadapan-Nya; orang-orang yang kerasukan dan sakit; setiap orang yang menderita karena kelemahan yang ada pada diri mereka. Para penerima mukjizat Tuhan ini mungkin telah lama bergumul dengan situasi yang mereka alami. Beragam keterbatasan itu adalah sesuatu yang tidak mudah tertangani pada saat itu. Namun di hadapan Tuhan Yesus segala penderitaan dan kelemahan yang mereka alami pada akhirnya sirna.
Dalam Alkitab terutama kisah-kisah mengenai Yesus, mukjizat yang dilakukan-Nya akan selalu menjadi medium penyampai pesan. Pada kisah kita kali ini pesan utama yang hendak disampaikan ada pada ayat 17 yakni rujukan terhadap nubuat Nabi Yesaya. Mesias yang akan datang adalah seseorang yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita. Semua itu tergenapi dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Bahkan lebih jauh lagi, ungkapan tersebut juga merujuk kepada karya agung-Nya melalui salib serta kebangkitan yang membebaskan kita dari kuasa dosa.
Sahabat Alkitab, marilah kita datang ke hadapan Tuhan dengan kejujuran dan pasrah diri. Saat dunia tidak dapat menerima keterbatasan dan kelemahan yang kita miliki, sesungguhnya kita dapat mengakuinya di hadapan Tuhan. Ia mengetahui seluk beluk keberadaan kita. Dalam pengakuan itulah kita akan dipulihkan-Nya. Hal ini terjadi berpijak dari keyakinan bahwa satu-satunya kuasa yang dapat membebaskan kita dari kuasa dosa hanyalah Tuhan Sang Pencipta Semesta.