Ketika Dosa Menjadi Beban yang Terlalu Berat

Renungan Harian | 9 Agu 2025

Ketika Dosa Menjadi Beban yang Terlalu Berat

Dalam kehidupan beriman ada kalanya kita mengalami penderitaan yang tidak hanya datang dari luar, melainkan berasal dari dalam diri sendiri. Rasa bersalah, penyesalan, dan kesadaran akan kesalahan yang kita perbuat menjadi beban yang membakar hati, menekan batin, bahkan terasa menggerogoti tubuh. Inilah jeritan hati Daud dalam Mazmur 38. Ia tidak menutupi kelemahannya. Tidak pula membela diri. Ia berkata, “keluhku pun tidak tersembunyi bagi-Mu”.


Carl Gustav Jung, seorang psikiater dan psikoanalis asal Swiss pernah berkata, “Neurosis is always a substitute for legitimate suffering.” Ketika manusia menolak menghadapi rasa bersalahnya secara jujur, penderitaan itu tidak hilang, melainkan berubah bentuk menjadi kecemasan, kemarahan tersembunyi, atau penyakit psikosomatik. Mazmur 38 berbicara tentang penderitaan semacam ini. Bukan sekadar sakit fisik, tetapi kesakitan yang bersumber dari beban moral dan rohani yang tidak diurai. Namun, berbeda dari kecenderungan budaya kita yang seringkali menyembunyikan rasa malu atau rasa bersalah, Daud tidak lari dari perasaan itu. Ia menghadapinya dalam terang relasi dengan Allah. Meski dihimpit rasa sakit dan kesepian, Daud tetap berdoa. Ia tahu, Allah adalah satu-satunya tempat di mana ia bisa memproses rasa bersalah itu menjadi pemulihan.


Kita dapat melihat di ayat 11-13, Daud menggambarkan betapa dosa merusak relasi sosial. Teman-temannya menjauh. Orang-orang terdekat berdiri di kejauhan. Betapa relevan gambaran ini dengan zaman sekarang, di mana seseorang yang melakukan kesalahan begitu cepat dihujat, dihukum secara sosial, dan dijauhi tanpa kesediaan untuk mendengar terlebih dahulu. Budaya saat ini lebih gemar memvonis daripada menuntun seseorang untuk bertobat. Tapi Mazmur ini mengingatkan kita, siapa pun yang sungguh-sungguh membawa rasa bersalahnya di hadapan Tuhan akan menemukan belas kasihan, meski perjalanan menuju pemulihan itu panjang dan berat.


Sahabat Alkitab, kita kembali diajak untuk jujur terhadap apa yang kita rasakan. Ketika lidah tak sanggup berkata-kata, keluh kesah yang lirih pun tetap terdengar oleh-Nya. Sebab, di hadapan Allah, kejujuran tentang diri sendiri adalah awal dari anugerah pemulihan. Daud menunjukkan, bahwa di tengah rasa sakit, kehancuran, dan keterasingan sosial, suara hati yang jujur tetap didengarkan oleh Tuhan. Maka marilah kita datang kepada Allah dengan penuh kerendahan hati dan kesediaan untuk tidak menutupi apapun dihadapan-Nya.

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia