Dalam kehidupan masa kini, kita sering mendengar ungkapan, “Kualitas lebih penting daripada kuantitas.” Ungkapan ini kerap mengingatkan kita bahwa jumlah bukanlah segalanya, melainkan nilai yang terkandung di dalamnya. Hal serupa terlihat dalam kisah yang tercatat di Ezra 2:36-42, dimana daftar para imam dan orang Lewi yang kembali dari pembuangan di Babel memberikan pelajaran berharga tentang kesetiaan dalam pelayanan, bahkan di tengah keterbatasan.
Ezra mencatat bahwa jumlah imam yang kembali terdiri dari empat keluarga utama, yaitu Yesua, Yedaya, Imer, dan Pashur, dengan total 4.289 orang. Jika dibandingkan dengan dua puluh empat kelompok imam yang diatur pada zaman Raja Daud (1 Tawarikh 24), jumlah ini tampak kecil. Namun, mereka adalah inti dari pemulihan ibadah di Bait Allah. Dengan setia, mereka melanjutkan tradisi yang telah diwariskan sejak zaman Daud, membangun kembali sistem pelayanan yang menjadi pusat kehidupan rohani umat Allah. Orang Lewi yang kembali pun jumlahnya sedikit, terdiri para pelayan yang biasa membantu imam, para penyanyi, dan penjaga gerbang. Mereka adalah orang-orang yang jarang tersorot, tetapi memiliki peran yang tak tergantikan. Orang Lewi mendukung tugas-tugas penting dalam ibadah, menciptakan harmoni dalam penyembahan, menjaga keamanan, dan memelihara tatanan di Bait Allah. Jumlah mereka jauh lebih kecil dibandingkan pada zaman Musa, tetapi semangat mereka tidak pudar. Mereka tetap setia pada panggilan Allah yang telah ditetapkan sejak lama, meskipun tantangan pasca-pembuangan sangat besar. Hal ini seolah menegaskan bahwa hukum dan perintah Allah tetap relevan dan tidak berubah, meski situasi dunia di sekitarnya berubah. Para imam dan orang Lewi menghormati firman Allah yang telah diwariskan kepada mereka, menunjukkan bahwa kesetiaan kepada Allah tidak tergantung pada jumlah orang atau kemegahan situasi, tetapi pada hati yang taat dan teguh memegang panggilan-Nya.
Sahabat Alkitab, hari ini kita diingatkan kembali bahwa pelayanan kepada Allah bukan soal besar kecilnya kelengkapan sarana yang tersedia, melainkan kesetiaan hati kita dalam melaksanakan apa yang Allah percayakan. Seperti para imam dan orang Lewi, kita mungkin pernah merasa kecil serta penuh keterbatasan, tetapi Allah dapat memakai kelompok kecil yang setia untuk mengerjakan rencana besar-Nya. Maka marilah kita berjalan dalam kesetiaan, menyerahkan pelayanan kita kepada Allah, dan percaya bahwa Dia mampu menjadikan setiap usaha kecil kita berarti dalam rencana-Nya yang besar. Pelayanan adalah bentuk bakti kita kepada Allah yang didasari bukan semata-mata dengan segala kebaikan serta kelebihan kita, melainkan berlandaskan kasih karunia-Nya bagi kita.