Seringkali dalam menjalani kehidupan ini kita terjebak pada obsesi akan kepemilikan terhadap ragam harta benda yang seringkali berubah mengikuti perkembangan zaman. Kita merasa dengan memiliki hal tersebut akan datang kebahagiaan. Padahal yang harusnya kita ingat adalah bahwa apapun yang ada dalam hidup kita dan sesuatu yang kita miliki pada dasarnya adalah milik Tuhan semata. Maka seharusnya semua hal tersebut harus dipersembahkan kepada-Nya sebagai alat untuk memuliakan nama Tuhan. Kekristenan tidak pernah anti terhadap kekayaan dan harta benda, tetapi dalam kekristenan kita dapat mengetahui tata layan yang tepat atas segala sesuatu yang kita miliki.
Pada saat kepulangan bangsa Yehuda ke Yerusalem, orang-orang turut serta membawa harta bendanya. Masa itu salah satu bentuk harta benda yang berharga adalah hewan-hewan ternak. Dalam teks kita hari ini tercatat bahwa bersama dengan 42.360 jiwa yang pulang terdapat pula 736 ekor kuda, 245 ekor bagal, 435 ekor unta, dan 6.720 ekor keledai. Banyak hewan-hewan yang dibawa pulang ini membuktikan bahwa orang-orang yang pulang dari pembuangan rupanya tetap berjuang dan bekerja keras bahkan mengupayakan kesejahteraan kota dimana Allah membuang mereka. Begitulah mereka menghayati firman Tuhan sebagaimana yang tercatat dalam Yeremia 29:7.
Ezra 2:68-70 mencatat hal yang menarik bahwa beberapa kepala kaum keluarga mempersembahkan persembahan sukarela untuk pembangunan Rumah Allah pada tempatnya semula. Persembahan yang terkumpul itu tergolong cukup banyak. Tercatat ada 61.000 dirham emas, 5.000 mina perak, dan 100 helai kemeja imam. Selain yang tercatat ini diduga ada pula bentuk-bentuk partisipasi lain dari umat yang kembali ke Israel. Mungkin saja berupa harta-benda atau tenaga dalam pembangunan rumah Allah.
Dari sini kita belajar bahwa pada akhirnya harta kekayaan yang kita miliki merupakan alat bagi dinyatakan-Nya pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Benda-benda tersebut bukan tujuan akhir kita, melainkan berkat Tuhan agar kita dimampukan pula untuk menjadi berkat melalui keterlibatan dalam pekerjaan-pekerjaan Tuhan serta membantu sesama. Persembahan yang kita berikan setiap minggunya juga memiliki semangat yang sama.Kiranya setiap keluarga-keluarga Kristen bisa memiliki kesadaran tersebut dan para pengelola persembahan dapat sungguh-sungguh menyadari bahwa apa yang mereka kelola merupakan bagian dari keterlibatan umat percaya terkhusus gereja dalam kerja Allah di dunia.